Minggu, 15 Juli 2012

kuliner khas lampung


LAPIS LEGIT
Legit adalah kue lapis khas Lampung yang terbuat dari telur dan mentega
ENGKAK
kue ini bahan dasarnya dominan ke telur dan mentega.Dipanggang
berlapis-lapis dengan menggunakan loyang (cetakan).
GULAI TABOH
Gulai Taboh adalah kuliner khas Lampung yang juga dapat diartikan sebagai gulai santan. Gulai ini biasanya berisi khattak atau kacang kacangan seperti kacang/khattak gelinyor, kacang merah/khattak ngisi, kacang panjang/khattak kejung, khattak tuwoh, rebung, kentang dan lain lain.
GABING
Gabing ialah makanan khas lampung yang terbuat dari batang kelapa muda.mungkin banyak orang yang belum makan atau belum pernah dengar. Batang kelapa muda tersebut di potong dengan ukuran sedang setelah itu di sayur dengan kuah santan, rasa yang di berikan oleh batang kelapa ini adalah rasa manis dan gurih apa bila di gigit, rasa yang di timbulkan ialah rasa unik dan menarik.
UMBU
Umbu ialah suatu lalapan yang asli dari lampung. lalapan ini bukan berbentuk dedaunan hijau , umbu ialah lalap yang terbuat dari rotan muda yang di rebus hingga lunak . mungkin tebakan kalian makanan ini rasanya mirip dengan gabing? tetapi kenyataannya makanan ini jauh berbeda dengan gabing , umbu lebih cendrung berasa pahit seperti pare , tetapi pahit umbu ini dapat membangkitkan napsu makan loh.
PANGGANG
Panggang ialah ikan “apapun jenisnya” yang di asap sampai matang,bukan makanan yang di bakar atau di panggang langsung di atas api,bumbu yang digunakan ialah bumu dapur sederhana,garam,cabe,bawang putih dll.
meskipun “panggang” ini sekilas mirip dengan makanan nusantara lainnya,tapi makanan ini berbeda,karena ikan yang telah matang akan berbau asap yang menambah selera makan,dan juga panggang ini juga bisa di kembangkan menjadi makanan lainnya seperti sayur panggang,dan sayur panggang bening.

video tari adat lampung lengkap


Tari Melinting Budaya Lampung
Sanggar "Lamban Budaya" Lampung Sumatra Indonesia
Tari Melinting Budaya Lampung
Tari "Kipas" Budaya Lampung
Sanggar "Lamban Budaya" Lampung Sumatra Indonesia
Tari Kipas Budaya Lampung
Acara Adat Budaya Lampung,31-7-2011.3GP
Budaya Suku Lampung Asli. www.facebook.com
Adat Budaya Lampung Asli
Tari Batu Melekup Budaya Lampung
Sanggar "Lamban Budaya" Lampung Sumatra Indonesia
Tari Batu Melekup Budaya Lampung
Tari "Ikhau" Budaya Lampung
Sanggar 'Lamban Budaya" Lampung Sumatra Indonesia
Tari Ikhau Budaya Lampung.By Anak Lampung Way Lima
Penampilan Tim Musik Unit Budaya Lampung ITB @ Car Free Day Dago, 05/02/2012
Pada penampilan ini tim musik Unit Budaya Lampung ITB membawakan dua buah lagu Lampung, yaitu Cangget Agung dan Bumi Lampung. Alat musik yang digunakan ada kulintang peghing diatonis, kulintang peghing pentanonis, rebana, dan gitar.
ubala itb tim musik budaya lampung itb
Resepsi acara Anak Sri Sultan HB X dengan Prosesi Adat Lampung Tulang-Bawang
Resepsi Pernikahan Adat Lampung Tgl 27 Nopember 2011 di Gedung Sampoerna Strategic Kuningan Jakarta-selatan
Lampung Adat Lampung Tulang Bawang Lampung Pepadun Adat Istiadat Lampung Budaya Lampung X dance
Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran Tahun 2010 ( Pembukaan )
Tari sembah ( tari sigeh Penguten ) mengawali pembukaan Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran provinsi lampung tahun 2010 di gedung tataan, oleh pemkab pesawaran danDinas kebudayaan Pemuda Dan Olah Raga ( DISBUDPARPORA ) Kabupaten Pesawaran provinsi lampung sekilas tentang tari sembah ( sigeh penguten ): Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah (saat ini nama Tari Sembah sudah dibakukan menjadi Sigeh Penguten). Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang pada acara begawi (hajatan adat),seminar,kunjungan tokoh masyarakat,dan lain-lain. Mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan.Tapi saat ini tari sigeh penguten sudah seperti tarian wajib di berbagai acara sebagai tarian ritual penyambutan.Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakat Lampung. Tari Sembah atau Tari Sigeh Penguten ini merupakan salah satu cagar budaya dan ciri khas rakyat lampung.Yang sudah semestinya harus di tradisikan dan bukan hanya di lestarikan. Ditradisikan berarti di kenalkan dimasyarakat, agar masyarakat tahu dan mengerti. Pada muasalnya,Tari Sigeh Penguten merupakan Tari adat budaya lampung yang berasal dari suku pepadun.Biasanya diiringi dengan tabuhan melinting.Di persembahkan untuk menyambut kedatangan raja-raja ...
sri lanka educational tari sigeh penguten tari sembah army fest festival indonesia malaysia
Performance UBALA ITB for OHU 2010 - Tari Sembah
Sembah Dance is one kind of traditional dance from Lampung, Indonesia. It's performed as a welcome dance. There are dozens kinds of traditional dance from Lampung and hundreds kinds of dance from Indonesia. In this video, the dancer are from Unit Budaya Lampung Institut Teknologi Bandung, Indonesia.
Tari Sembah UBALA ITB OHU 2010 live performance
Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran ( Penampilan sanggar Pualam )
Sanggar PUALAM Dari Desa Penengahan Kec. Kedondong Di Bawah asuhan Bpk. M.Arif, Turut manjadi Peserta Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran provinsi lampung tahun 2010 di gedung tataan, oleh Dinas kebudayaan Pemuda Dan Olah Raga ( DISBUDPARPORA ) Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Mari..! Kita Lestarikan Seni dan Budaya Lampung
urdu music bangla music middle east arabic middle eastern bulgarian music east european music albanian music middle eastern music hindi music religion turkish music rap urdu folk music
Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran Th.2010 ( penampilan Sdr.Abdi Chandra )
ABDI CHANDRA Asal Desa Mada Jaya Kec. kedondong Turut manjadi Peserta Festival Seni Dan Budaya Kabupaten Pesawaran provinsi lampung tahun 2010 di gedung tataan, yang di selenggarakan oleh Pemerintah daerah kabupaten pesawaran dan Dinas kebudayaan Pemuda Dan Olah Raga ( DISBUDPARPORA ) Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Mari..! Kita Lestarikan Seni dan Budaya Lampung " mak kham sapa lagi " " mak ganta kapan lagi "
television italian
Tari Lampung - Sigeh Pengunten (Sembah) by UBALA ITB - Singapore
This dance is performed by Unit Budaya Lampung Bandung Institute of Technology in Esplanade Outdoor Theatre Singapore on 31 October 2011 at Ethno Sounds of Asia Event.. Sembah dance is performed to give an honor to guest..
Tari Lampung Lampung province UBALA
Tari Lampung - Bedana Lunik (Kreasi) by UBALA ITB - Singapore
This dance is performed by Unit Budaya Lampung Bandung Institute of Technology in Esplanade Outdoor Theatre Singapore on 31 October 2011 at Ethno Sounds of Asia Event.. Bedana dance tells about Lampung youngers that full of spirit n happiness
Tari Lampung Tari Bedana
Lampung Orchestra - The prayer
Lampung orchestra tgl 17 june 2011 di Taman Budaya Lampung- Indonesia
lampung orchestra the prayer kelvin kurniawan klara kurniawan
Aikido Indonesia : Embu at TBS Lampung
Bambang Ali and Lampung aikido performers are invited to perform aikido embu in Japanesse Culture Festival Program at Taman Budaya Lampung. This event is promoted by STBA Teknokrat lampung, majoring in Japanesse Language Study.
aikido indonesia jiyuwaza randori bambang ali indonesia aikikai shihonage kotegaeshi kokyu nage aikido irimi nage
Tari Muli Payung (Lampung)
Lomba Karya Cipta Koreografi SLTA Taman Budaya Lampung, 06-10-2011
MPEG0012

Kabupaten Tanggamus


kabupaten tanggamus
Sejarah perkembangan wilayah Tanggamus, menurut catatan yang ada pada tahun 1889 pada saat Belanda mulai masuk di Wilayah Kota Agung, yang ada pada saat itu pemerintahannya dipimpin oleh seorang Kontroller yang memerintah di Kota Agung. Pada waktu itu pemerintahan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Adat yang terdiri dari 5 (lima) Marga yaitu:
  1. Marga Gunung Alip (Talang Padang)
  2. Marga Benawang
  3. Marga Belunguh, Marga Pematang Sawa
  4. Marga Ngarip.
Masing- masing marga tersebut dipimpin oleh seorang Pasirah yang membawahi beberapa Kampung.
Perkembangan selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.114/1979 tanggal 30 Juni 1979 dalam rangka mengatasi rentang kendati dan sekaligus merupakan persiapan pembentukan Pembantu Bupati Lampung Selatan untuk Wilayah Kota Agung yang berkedudukan di Kota Agung serta terdiri dari 10 Kecamatan dan 7 Perwakilan Kecamatan dengan 300 Pekon (desa) dan 3 Kelurahan serta 4 Pekon Persiapan.
Pada akhirnya Kabupaten Tanggamus terbentuk dan menjadi salah satu dari 10 Kabupaten/Kota yang ada di Propinsi Lampung. Kabupaten Tanggamus dibentuk berdasarkan Undang-undang No.2 Tahun 1997 yang disahkan pada tanggal 3 Januari 1997 dan diresmikan menjadi Kabupaten pada tanggal 21 Maret 1997.
Sejalan dengan dinamika perkembangan masyarakat adapt di Kabupaten Tanggamus, pada tanggal 12 januari 2004 Kepala Adat Saibatin Marga Benawang merestui tegak berdirinya Marga Negara Batin, yang sebelumnya merupakan satu kesatuan adat dengan Marga Benawang.
Pada tanggal 10 Maret 2004 di Pekon Negara Batin dinobatkan kepala adat Marga Negara Batin dengan gelar Suntan Batin Kamarullah Pemuka Raja Semaka V. Dengan berdirinya Marga Negara Batin tersebut, pada awalnya masyarakat adat pada tahun 1889 terdiri dari 5 marga, dan saat ini bertambah 1 marga sehingga menjadi 6 marga, yaitu:
  1. Marga Gunung Alip (Talang Padang)
  2. Marga Benawang
  3. Marga Belunguh
  4. Marga Pematang Sawa
  5. Marga Ngarip
  6. Marga Negara Batin.
Secara geografis Kabupaten tanggamus terletak pada posisi 104°18’-105°12’ Bujur Timur dan 5°05’- 5°56’ Lintang Selatan. Luas wilayah 3.356, 61km2 yang meliputi wilayah daratan maupun perairan. Satu dari dua teluk besar yang ada di Propinsi Lampung terdapat di Kabupaten Tanggamus yaitu teluk Semaka dengan panjang daerah pantai 200 km dan sebagai tempat bermuaranya 2 (dua) sungai besar yaitu Way Sekampung dan Way Semaka. Selainitu Wilayah Kabupaten tanggamus dipengaruhi oleh udara tropical pantai dan dataran pegunungan dengan temperatur udara yang sejuk dengan rata-rata 28° C.

Teori silsilah ulun Lampung


Teori silsilah atau asal-usul ulun Lampung (orang Lampung) erat kaitannya dengan istilah Lampung sendiri, walaupun nama Lampung itu mungkin sekali baru dipakai lebih kemudian daripada mereka memasuki daerah Lampung. Ada beberapa pendapat mengenai asal-usul (nama) ulun Lampung:
Pertama, dari catatan musafir Cina yang pernah mengunjungi Indonesia pada abad VII, yaitu I Tsing, yang diperkuat oleh teori yang dikemukan Hilman Hadikusuma, disebutkan bahwa Lampung itu berasal dari kata To- lang-po-hwang. To berarti orang dalam bahasa Toraja, sedangkan Lang-po-hwang kepanjangan dari Lampung. Jadi, To-lang-po-hwang berarti orang Lampung.
Kedua, Dr. R. Boesma dalam bukunya, De Lampungsche Districten (1916) menyebutkan, Tuhan menurunkan orang pertama di bumi bernama Sang Dewa Sanembahan dan Widodari Simuhun. Mereka inilah yang menurunkan Si Jawa (Ratu Majapahit), Si Pasundayang (Ratu Pajajaran), dan Si Lampung (Ratu Balau). Dari kata inilah nama Lampung berasal.
Ketiga, legenda daerah Tapanuli menyeritakan, zaman dahulu meletus gunung berapi yang menimbulkan Danau Toba. Ketika gunung itu meletus, ada empat orang bersaudara berusaha menyelamatkan diri. Salah satu dari empat saudara itu bernama Ompung Silamponga, terdampar di Krui, Lampung Barat. Ompung Silamponga kemudian naik ke dataran tinggi Belalau atau Sekalabrak. Dari atas bukit itu, terhampar pemandangan luas dan menawan hati seperti daerah yang terapung. Dengan perasaan kagum, lalu Ompung Silamponga meneriakkan kata, "Lappung" (berasal dari bahasa Tapanuli kuno yang berarti terapung atau luas). Dari kata inilah timbul nama Lampung. Ada juga yang berpendapat nama Lampung berasal dari nama Ompung Silamponga itu.
Keempat, teori Hilman Hadikusuma yang mengutip cerita rakyat. Ulun Lampung berasal dari Sekalabrak, di kaki Gunung Pesagi, Lampung Barat Penduduknya disebut Tumi (Buay Tumi) yang dipimpin oleh seorang wanita bernama Ratu Sekarmong. Mereka menganut kepercayaan dinamis, yang dipengaruhi ajaran Hindu Bairawa. Buai Tumi kemudian dapat dipengaruhi empat orang pembawa Islam berasal dari Pagaruyung, Sumatera Barat yang datang ke sana. Mereka adalah Umpu Nyerupa, Umpu Lapah di Way, Umpu Pernong, dan Umpu Belunguh. Keempat umpu inilah yang merupakan cikal bakal Paksi Pak sebagaimana diungkap naskah kuno Kuntara Raja Niti. Namun dalam versi buku Kuntara Raja Niti, nama poyang itu adalah Inder Gajah, Pak Lang, Sikin, Belunguh, dan Indarwati. Berdasarkan Kuntara Raja Niti, Hilman Hadikusuma menyusun hipotesis keturunan ulun Lampung sebagai berikut:
    INDER GAJAH
    Gelar: Umpu Lapah di Way Kedudukan: Puncak Keturunan: Orang Abung.
    PAK LANG
    Gelar: Umpu Pernong Kedudukan: Hanibung Keturunan: Orang Pubian.
    SIKIN
    Gelar: Umpu NyerupaKedudukan: Sukau Keturunan: Jelma Daya.
    BELUNGUH
    Gelar: Umpu Belunguh Kedudukan: Kenali Keturunan: Peminggir.
    INDARWATI
    Gelar: Puteri Bulan Kedudukan: Ganggiring Keturunan: Tulangbawang.
Kelima, penelitian siswa Sekolah Thawalib Padang Panjang pada tahun 1938 tentang asal-usul ulun Lampung. Dalam cerita Cindur Mato yang berhubungan juga dengan cerita rakyat di Lampung disebutkan bahwa suatu ketika Pagaruyung diserang musuh dari India. Penduduk mengalami kekalahan karena musuh telah menggunakan senjata dari besi. Sedangkan rakyat masih menggunakan alat dari nibung (ruyung). Kemudian mereka melarikan diri. Ada yang malalui Sungai Rokan, sebagian melalui dan terdampar di hulu Sungai Ketaun di Bengkulu lalu menurunkan Suku Rejang. Yang lari ke utara menurunkan Suku Batak. Yang terdampar di Gowa, Sulawesi Selatan menurunkan Suku Bugis. Sedangkan yang terdampai di Krui, lalu menyebar di dataran tinggi Sekalabrak, Lampung Barat. Mereka inilah yang menurunkan Suku Lampung.

Sejarah kain tapis lampung


Kain tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Karena itu munculnya kain Tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenunnya, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.
Menurut Van der Hoop, disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.
Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.
    Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500-1700.
Berawal dari latar belakang sejarah ini, imajinasi dan kreasi seniman pencipta jelas mempengaruhi hasil ciptaan yang mengambil ide-ide pada kehidupan sehari-hari yang berlangsung disekitar lingkungan seniman dimana ia tinggal. Penggunaan transportasi pelayaran saat itu dan alam lingkungan laut telah memberi ide penggunaan motif hias pada kain kapal. Ragam motif kapal pada kain kapal menunjukkan adanya keragaman bentuk dan konstruksi kapal yang digunakan.

Jenis Tapis lampung dan menurut pemakaiannya


Dalam posting kali ini saya mencoba kembali mengangkat tema tentang Kain Tapis yang berasal dari Provinsi lampung, meskipun sebenarnya saya masih terlalu dini untuk dapat membahasnya, ini dikarenakan pengetahuan saya yang masih sangat minim tentang kain tapis tsb.
Berikut adalah beberapa jenis kain tapis yang umum digunakan masyarakat Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin yang saya kutip dari beberapa sumber:
Tapis Lampung dari Pesisir: Tapis Inuh, Tapis Cucuk Andak, Tapis Semaka, Tapis Kuning, Tapis Cukkil, Tapis Jinggu.
Tapis lampung dari Pubian Telu Suku: Tapis Jung Sarat, Tapis Balak, Tapis Laut Linau, Tapis Raja Medal, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Cucuk Handak, Tapis Tuho, Tapis Sasap, Tapis Lawok Silung, Tapis Lawok Handak.
Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan: Tapis Jung Sarat, Tapis Balak, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Halom/Gabo, Tapis Kaca, Tapis Kuning, Tapis Lawok Halom, Tapis Tuha, Tapis Raja Medal, Tapis Lawok Silung.
Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak: Tapis Dewosano, Tapis Limar Sekebar, Tapis Ratu Tulang Bawang, Tapis Bintang Perak, Tapis Limar Tunggal, Tapis Sasab, Tapis Kilap Turki, Tapis Jung Sarat, Tapis Kaco Mato di Lem, Tapis Kibang, Tapis Cukkil, Tapis Cucuk Sutero.
Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego: Tapis Rajo Tunggal, Tapis Lawet Andak, Tapis Lawet Silung, Tapis Lawet Linau, Tapis Jung Sarat, Tapis Raja Medal, Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung, Tapis Cucuk Andak, Tapis Balak, Tapis Pucuk Rebung, Tapis Cucuk Semako, Tapis Tuho Tapis Cucuk Agheng, Tapis Gajah Mekhem, Tapis Sasap, Tapis Kuning, Tapis Kaco, Tapis Serdadu Baris.
tapis lampung
Jenis Tapis Lampung dan menurut asal pemakaiannya
Tapis Jung Sarat Dipakai oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat. Dapat juga dipakai oleh kelompok isteri kerabat yang lebih tua yang menghadiri upacara mengambil gelar, pengantin serta muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
Tapis Raja Tunggal Dipakai oleh isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara perkawinan adat, pengambilan gelar pangeran dan sutan. Di daerah Abung Lampung Utara dipakai oleh gadis-gadis dalam menghadiri upacara adat.
Tapis Raja Medal Dipakai oleh kelompok isteri kerabat paling tua (tuho penyimbang) pada upacara adat seperti : mengawinkan anak, Pengambilan gelar pangeran dan sutan. Didaerah Abung Lampung Utara tapis ini digunakan oleh pengantin wanita pada upacara perkawinan adat.
Tapis Laut Andak Dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada acara adat cangget. Dipakai juga oleh Anak Benulung (isteri adik) sebagai pengiring pada upacara pengambilan gelar sutan serta dipakai juga oleh menantu perempuan pada acara pengambilan gelar sutan.
Tapis Balak Dipakai oleh kelompok adik perempuan dan kelompok isteri anak seorang yang sedang mengambil gelar pangeran pada upacara pengambilan gelar atau pada upacara mengawinkan anak. Tapis ini dapat juga dipakai oleh muli cangget (gadis penari) pada upacara adat.
Tapis Silung Dipakai oleh kelompok orang tua yang tergolong kerabat dekat pada upacara adat seperti mengawinkan anak, pengambilan gelar, khitanan dan lain-lain. Dapat juga dipakai pada saat pengarakan pengantin.
Tapis Laut Linau Dipakai oleh kerabat isteri yang tergolong kerabat jauh dalam menghadiri upacara adat. Dipakai juga oleh para gadis pengiring pengantin pada upacara turun mandi pengantin dan mengambil gelar pangeran serta dikenakan pula oleh gadis penari (muli cangget).
Tapis Pucuk Rebung Tapis ini dipakai oleh kelompok ibu-ibu/para isteri untuk menghadiri upacara adat. Di daerah Menggala tapis ini disebut juga tapis balak, dipakai oleh wanita pada saat menghadiri upacara adat.
Tapis Cucuk Andak Dipakai oleh kelompok isteri keluarga penyimbang (kepala adat/suku) yang sudah bergelar sutan dalam menghadiri upacara perkawinan, pengambilan gelar adat. Di daerah Lampung Utara tapis ini dipakai oleh pengantin wanita dalam upacara perkawinan adat. Di daerah Abung Lampung Utara tapis ini dipakai oleh ibu-ibu pengiring pengantin pada upacara adat perkawinan.
Tapis Limar Sekebar Tapis ini dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat serta dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin dalam upacara adat.
Tapis Cucuk Pinggir Dipakai oleh kelompok isteri dalam menghadiri pesta adat dan dipakai juga oleh gadis pengiring pengantin pada upacara perkawinan adat.
Tapis Tuho Tapis ini dipakai oleh seorang isteri yang suaminya sedang mengambil gelar sutan. Dipakai juga oleh kelompok orang tua (mepahao) yang sedang mengambil gelar sutan serta dipakai pula oleh isteri sutan dalam menghadiri upacara pengambilan gelar kerabatnya yang dekat. Tapis Agheng/Areng Dipakai oleh kelompok isteri yang sudah mendapat gelar sutan (suaminya) pada upacara pengarakan naik pepadun/pengambilan gelar dan dipakai pula oleh pengantin sebagai pakaian sehari-hari.
Tapis Inuh Kain tapis ini umumnya dipakai pada saat menghadiri upacara-upacara adat. Tapis ini berasal dari daerah Krui,Lampung Barat. Tapis Dewosano Di daerah Menggala dan Kota Bumi, kain tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat menghadiri upacara adat. Tapis Kaca Tapis ini dipakai oleh wanita-wanita dalam menghadiri upacara adat. Bisa juga dipakai oleh wanita pengiring pengantin pada upacara adat. Tapis ini di daerah Pardasuka Lampung Selatan dipakai oleh laki-laki pada saat upacara adat.
Tapis Bintang tapis ini dipakai oleh pengantin wanita pada saat upacara adat.
Tapis Bidak Cukkil Model kain Tapis ini dipakai oleh laki-laki pada saat menghadiri upacara-upacara adat.
Tapis Bintang Perak Tapis ini dapat dipakai pada upacara-upacara adat dan berasal dari daerah Menggala, Lampung Utara.

Bahan dan peralatan tenun tapis


Bahan dasar

Kain tapis Lampung yang merupakan kerajinan tenun tradisional masyarakat Lampung ini dibuat dari benang katun dan benang emas. Benang katun adalah benang yang berasal dari bahan kapas dan digunakan sebagai bahan dasar dalam pembuatan kain tapis, sedangkan benang emas dipakai untuk membuat ragam hias pada tapis dengan sistim sulam. tapis
Pada tahun 1950, para pengrajin tapis masih menggunakan bahan hasil pengolahan sendiri, khususnya untuk bahan tenun. Proses pengolahannya menggunakan sistim ikat, sedangkan penggunaan benang emas telah dikenal sejak lama.
Bahan-bahan baku itu antara lain:
  1. Khambak/kapas digunakan untuk membuat benang.
  2. Kepompong ulat sutera untuk membuat benang sutera.
  3. Pantis/lilin sarang lebah untuk meregangkan benang.
  4. Akar serai wangi untuk pengawet benang.
  5. Daun sirih untuk membuat warna kain tidak luntur.
  6. Buah pinang muda, daun pacar, kulit kayu kejal untuk pewarna merah.
  7. Kulit kayu salam, kulit kayu rambutan untuk pewarna hitam.
  8. Kulit kayu mahoni atau kalit kayu durian untuk pewarna coklat.
  9. Buah deduku atau daun talom untuk pewarna biru.
  10. Kunyit dan kapur sirih untuk pewarna kuning.
Pada saat ini bahan-bahan tersebut diatas sudah jarang digunakan lagi, oleh karena pengganti bahan-bahan diatas tersebut sudah banyak diperdagangkan di pasaran.
Peralatan tenun kain tapis
Proses pembuatan tenun kain tapis menggunakn peralatan-peralatan sebagai berikut:
Sesang yaitu alat untuk menyusun benang sebelum dipasang pada alat tenun.
Mattakh yaitu alat untuk menenun kain tapis yang terdiri dari bagian alat-alat:
  1. Terikan (alat menggulung benang)
  2. Cacap (alat untuk meletakkan alat-alat mettakh)
  3. Belida (alat untuk merapatkan benang)
  4. Kusuran (alat untuk menyusun benang dan memisahkan benang)
  5. Apik (alat untuk menahan rentangan benang dan menggulung hasil tenunan)
  6. Guyun (alat untuk mengatur benang)
  7. Ijan atau Peneken (tunjangan kaki penenun)
  8. Sekeli (alat untuk tempat gulungan benang pakan, yaitu benang yang dimasukkan melintang)
  9. Terupong/Teropong (alat untuk memasukkan benang pakan ke tenunan)
  10. Amben (alat penahan punggung penenun)
  11. Tekang yaitu alat untuk merentangkan kain pada saat menyulam benang emas.

Had lampung = aksara lampung


Aksara Lampung, yang juga disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda-tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri.
Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab.
aksara-lampung
Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah.
Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua subdilek. Pertama, subdialek A (api) yang dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, subdialek O (nyow) yang dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun).

Peting tunggal : musik khas lampung

Peting tunggal adalah satu jenis musik khas dari daerah lampung yang dikemas dengan sangat sederhana. bagaimana tidak, karena pada umumnya satu musik dapat diiringi oleh bermacam-macam alat, entah itu Drum, piano, gitar, suling, gendang dan lain-lain. Ini berbeda halnya dengan Peting tunggal, karena gitar tunggal (sebutan lain) hanya diiringi oleh satu alat musik saja yaitu Gitar.download peting tunggal
Keunikan peting tunggal ada di setem/setelan gitar dan cara memainkannya, karena untuk setelan sendiri tidak di atur sesuai nada cord/kunci standar gitar pada umumnya. Sedangkan untuk memainkan gitarnya tidak dilakukan dengan memetik tali senar secara bersama-sama, melainkan satu-satu dengan tujuan dapat menghasilkan nada Bass, ritem dan melodi secara beriringan.
Pada umumnya peting tunggal adalah jenis musik yang berirama mellow/sedih dan sering bercerita tentang seseorang yang mengalami penderitaan hidup, entah secara lahir atau batin.
Buat sobat atau puakhi (saudara: "sebutan dalam bahasa lampung") yang ingin mencoba, dapat men-Download lagunya di bawah ini:
  1. Anak Ngukha_ Edy pulampas.
  2. Anak yatim_ Hilla hambala.
  3. Andah-andahmu_ unknown.
  4. Buka Haga_ Erwinardho.
  5. Di ikhak-ikhak_ Hilla hambala.
  6. Ditinggal induk mati_ Hilla hambala.
  7. Hanggum_ Hilla hambala.
  8. Hakhuk jak lunik_ Hilla hambala.
  9. Lapah semanda_ Hilla hambala.
  10. Lawi Ibung_ unknown
  11. Sanak sakik_ unknown.
  12. Sungkan pujama_ Hilla hambala.
  13. Tikacai_ unknow.

Sebambangan (adat-istiadat lampung)

Sebambangan adalah adat lampung yang mengatur pelarian gadis oleh bujang ke rumah kepala adat untuk meminta persetujuan dari orang tua si gadis, melalui musyawarah adat antara kepala adat dengan kedua orang tua dari calon mempelai, sehingga diambil kesepakatan dan persetujuan antara kedua orang tua tersebut.
Sebambangan sering kali disalah artikan dengan istilah “Kawin Lari”. Sehingga citra adat lampung ini menjadi kurang baik dimata masyarakat diluar suku lampung yang jelas kurang memahami makna sesungguhnya dari arti Adat Sebambangan. sebambangan
Berbeda dari istilah Kawin Lari yang dapat diartikan sebagai pelarian gadis oleh seorang bujang yang biasanya dapat langsung terjadi pernikahan tanpa ada musyawarah adat atau persetujuan orang tua si gadis, hal ini tentu bertentangan dengan Syariat Islam.
Lain halnya dengan Sebambangan yang sengaja diatur oleh hukum adat serta perangkat adat, yang memang diatur untuk tidak bertentangan dengan Syariat Islam. Sebambangan dapat juga di artikan untuk memberikan kebebasan kepada bujang atau gadis untuk dapat memilih jodohnya sendiri.
adat sebambangan

Peraturan Ngebambang

Hal-hal yang diatur dalam Ngebambang adalah sebagai berikut:
  1. Gadis dilarikan oleh bujang (meskipun dalam satu kampung atau dekat rumahnya) ke rumah Kepala Adat si bujang. Dalam melarikan itu si bujang biasanya dibantu oleh beberapa orang dari keluarga si bujang dengan secara rahasia, sedang perempuan jika jaraknya jauh (keluar kampung) biasanya membawa kawan gadis yang dinamakan “Penakau”.
  2. Ketika gadis itu akan pergi, harus meninggalkan uang yang diberi oleh si bujang tersebut sebanyak yang diminta oleh si gadis yang dinamakan ”Pangluahan” (pengeluaran), dan meninggalkan surat sebagai isyarat bahwa si gadis telah pergi “Nyakak” (dilarikan oleh si bujang).
  3. Sesampainya gadis di rumah Kepala Adat kelompok bujang, pihak keluarga bujang melakuakn pemberitahuan, sambil membawa uang sebesar beberapa rupiah kepada Kepala Adat pihak perempuan yang dinamakan “Uang Penekhangan”.
  4. Jika gadis sudah berada di rumah Kepala Adat kelompok bujang, maka gadis tesebut diberi perlindungan dan tidak boleh diganggu gugat oleh keluarga si gadis atau untuk diambil kembali. Jika terjadi pengambilan kembali sebenarnya telah melanggar adat. Lama gadis itu berdiam dirumah Kepala Adat si bujang, biasanya menurut hitungan hari ganjil, yaitu 1, 3, 5, atau 7 hari (malam).
  5. Biasanya keluarga si gadis menurut adat akan mencari anak gadisnya (meskipun sudah tahu) ketempat di mana bunyi surat anaknya menunjukkan ia dilarikan bujang, ini dinamakan ”Nyussui Luut” (mencari jejak). Hal itu dilakukan dalam jangka paling lama 7 malam (jika tempat si gadis dan si bujang berjauhan).
  6. Jika dalam tempo 7 malam keluarga si gadis tidak mencari anaknya (nyussul luut), maka keluarga bujanglah yang datang ke rumah si gadis menerangkan kesalahan-kesalahan karena melarikan anaknya. Biasanya keluarga si gadis akan menuntut denda atas pelarian anaknya (sebenarnya permintaan denda tersebut sebagai istilah atau basa-basi saja, karena denda tersebut akhirnya akan kembali juga kepada kedua mempelai, baik digunakan untuk hajatan "manjau pedom" (pesta pernerimaan tamu dari pihak si bujang lepas perkawinan) maupun digunakan untuk pembeli alat-alat rumah tangga sebagai banatok (perabot rumah tangga yang dibawa oleh pengantin wanita (Maju).
  7. Jika perundingan antara kedua keluarga pihak bujang dan si gadis telah cukup maka ditentukanlah waktu perkawainan (aqad pernikahan).
Bukan hanya di lampung Adat Sebambangan juga dikenal di luar suku Lampung, seperti yang terdapat dalam adat salah satu suku di kepulauan Nusatenggara (mungkin Lombok, Sumba atau Flores). Hanya namanya saja yang mungkin berbeda, tetapi hukum dan hal-hal yang diatur dalam adat “Ngebambang” hampir sama.

Anak huruf dan contoh kalimat menggunakan aksara lampung


Berikut adalah contoh tanda baca beserta kalimat dalam aksara lampung.

Sekala Brak = Sejarah awal suku lampung


sejarah ulun lampung Asal usul ulun lampung atau orang Lampung adalah dari Sekala Brak yaitu sebuah Kerajaan yang letaknya di dataran Belalau, sebelah selatan Danau Ranau yang secara administratif kini berada di Kabupaten Lampung Barat. Dari dataran Sekala Brak inilah ulun Lampung menyebar ke setiap penjuru dengan mengikuti aliran Way atau sungai-sungai yaitu Way Komring, Way Kanan, Way Semangka, Way Seputih, Way Sekampung dan Way Tulang Bawang beserta anak sungainya, sampai meliputi dataran Lampung dan Palembang serta Pantai Banten.
Sekala Brak memiliki makna yang dalam dan sangat penting bagi orang Lampung. Sekala Brak melambangkan peradaban, kebudayaan dan eksistensi Lampung itu sendiri. Bukti tentang kemasyuran kerajaan Sekala Brak didapat dari cerita turun temurun yang disebut warahan, warisan kebudayaan, adat istiadat, keahlian serta benda dan situs seperti tambo dan dalung seperti yang terdapat di Kenali, Batu Brak dan Sukau.
Kata "LAMPUNG" sendiri berawal dari kata Anjak Lambung yang berarti berasal dari ketinggian ini karena para puyang Bangsa Lampung pertama kali bermukim menempati dataran tinggi Sekala Brak di lereng Gunung Pesagi.
Dilereng Gunung Pesagi didapati situs seperti batu batu bekas Negeri atau Pekon kuno, tapak bekas kaki, pelataran peradilan dan tempat eksekusi, serta Prasasti yang terpahat pada batuan. Dari sebuah batu yang bertarikh 966 Caka yang terdapat di Bunuk Tenuar Liwa, ternyata telah ada suku bangsa yang beragama Hindu telah menjadi penghuni didataran Lampung. Didalam rimba rimba ditemukan parit-parit dan jalan jalan bekas Zaman Hindu bahkan pada perkebunan tebu terdapat batu batu persegi dan diantaranya didapat batuan berukir yang merupakan puing candi.
Tafsiran para ahli purbakala seperti Groenevelt, L.C.Westernenk dan Hellfich didalam menghubungkan bukti bukti memiliki pendapat yang berbeda beda namun secara garis besar didapat benang merah kesamaan dan acuan yang tidak diragukan didalam menganalisa bahwa Sekala Brak merupakan cikal bakal bangsa Lampung.
Dalam catatan Kitab Tiongkok kuno yang disalin oleh Groenevelt kedalam bahasa Inggris bahwa antara tahun 454 dan 464 Masehi disebutkan kisah sebuah Kerajaan Kendali yang terletak diantara pulau
Jawa dan Kamboja. menurut catatan kitab, masyarakat Kendali ini mempunyai adat istiadat yang sama dengan bangsa Siam dan Kamboja.Baginda dari Kendali-Sapanalanlinda mengirimkan seorang utusan yang bernama Taruda ke negeri Tiongkok dengan membawa hadiah emas dan perak, utusan yang demikian dikirim berturut turut hingga abad ke enam.
Menurut L.C. Westenenk nama Kendali ini dapat kita hubungkan dengan Kenali ibukota kecamatan Belalau sekarang. Nama Sapalananlinda itu menurut kupasan dari beberapa ahli sejarah, dikarenakan berhubung lidah bangsa Tiongkok tidak fasih melafaskan kata Sribaginda, ini berarti Sapanalanlinda bukanlah suatu nama.
Berdasarkan Warahan (cerita) dan Sejarah yang disusun didalam Tambo, dataran Sekala Brak tersebut pada awalnya dihuni oleh suku bangsa Tumi yang menganut faham animisme. Suku bangsa ini mengagungkan sebuah pohon yang bernama Lemasa Kepampang atau Nangka bercabang karena pohonnya memiliki dua cabang besar, yang satunya nangka dan satunya lagi adalah sebukau yaitu sejenis kayu yang bergetah.
Keistimewaan Lemasa Kepampang ini bila terkena cabang kayu sebukau akan dapat menimbulkan penyakit koreng atau penyakit kulit lainnya, namun jika terkena getah cabang nangka penyakit tersebut dapat disembuhkan. Karena keanehan inilah maka Lemasa Kepampang ini diagungkan oleh suku bangsa Tumi.
Diriwayatkan didalam Tambo empat orang Putera Raja Pagaruyung tiba di Sekala Brak untuk menyebarkan agama Islam. Fase ini merupakan bagian terpenting dari eksistensi masyarakat Lampung. Keempat Putera Raja ini masing masing adalah:
  1. Umpu Bejalan Di Way.
  2. Umpu Belunguh.
  3. Umpu Nyerupa.
  4. Umpu Pernong.
Umpu berasal dari kata Ampu seperti yang tertulis pada batu tulis di Pagaruyung yang bertarikh 1358 A.D. Ampu Tuan adalah sebutan Bagi anak Raja Raja Pagaruyung Minangkabau. Setibanya di Skala Brak keempat Umpu bertemu dengan seorang Muli (gadis) yang ikut menyertai para Umpu dia adalah Si Bulan. Di Sekala Brak keempat Umpu tersebut mendirikan suatu perserikatan yang dinamai Paksi Pak yang berarti Empat Serangkai atau Empat Sepakat.
Setelah perserikatan ini cukup kuat maka suku bangsa Tumi dapat ditaklukkan dan sejak itu berkembanglah agama Islam di Sekala Brak. Sedangkan penduduk yang belum memeluk agama Islam melarikan diri ke Pesisir Krui lampung barat dan terus menyeberang ke pulau Jawa dan sebagian lagi ke daerah Palembang.
Dataran Sekala Brak yang telah dikuasai oleh keempat Umpu yang disertai Si Bulan, maka Sekala Brak kemudian diperintah oleh keempat Umpu dengan menggunakan nama PAKSI PAK SEKALA BRAK. Inilah cikal bakal Kerajaan Sekala Brak yang merupakan puyang orang lampung. Kerajaan Sekala Brak.mereka bagi menjadi empat Marga atau Kebuayan yaitu:

Umpu Bejalan Di Way

    memerintah daerah Kembahang dan Balik Bukit dengan Ibu Negeri Puncak, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Bejalan Di Way.

Umpu Belunguh

    memerintah daerah Belalau dengan Ibu Negerinya Kenali, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Belunguh.

Umpu Nyerupa

    memerintah daerah Sukau dengan Ibu Negeri Tapak Siring, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Nyerupa.

Umpu Pernong

    memerintah daerah Batu Brak dengan Ibu Negeri Hanibung, daerah ini disebut dengan Paksi Buay Pernong.
Sedangkan Si Bulan mendapatkan daerah Cenggiring namun kemudian Si Bulan berangkat dari Sekala Brak menuju kearah matahari hidup. Dan daerah pembagiannya digabungkan ke daerah Paksi Buay Pernong karena letaknya berdekatan.
Suku bangsa Tumi yang lari kedaerah Pesisir Krui menempati marga-marga Punggawa Lima yaitu Marga Pidada, Marga Bandar, Marga Laai dan Marga Way Sindi namun kemudian dapat ditaklukkan oleh Lemia Ralang Pantang yang datang dari daerah Danau Ranau dengan bantuan lima orang punggawa dari Paksi Pak Sekala Brak. Dari kelima orang punggawa inilah nama daerah ini disebut dengan Punggawa Lima karena kelima punggawa ini hidup menetap pada daerah yang telah ditaklukkannya.
Agar syiar agama Islam tidak mendapatkan hambatan maka pohon Melasa Kepampang itu akhirnya ditebang untuk kemudian dibuat PEPADUN.
Pepadun adalah singgasana yang hanya dapat digunakan atau diduduki pada saat penobatan SAIBATIN Raja Raja dari Paksi Pak Sekala Brak serta keturunan keturunannya.
Dengan ditebangnya pohon Melasa Kepampang ini merupakan pertanda jatuhnya kekuasaan suku bangsa Tumi sekaligus hilangnya faham
animisme di kerajaan Sekala Brak. Sekitar awal abad ke 9 Masehi para Saibatin Raja Raja di Sekala Brak menciptakan aksara dan angka tersendiri sebagai Aksara Lampung yang dikenal dengan Had Lampung.
Ada dua makna didalam mengartikan kata Pepadun, yaitu:
  1. Dimaknakan sebagai PEPADUN
      yang maksudnya untuk memadukan pengesahan atau pengakuan untuk mentahbiskan bahwa yang duduk diatasnya adalah Raja.
  2. Dimaknakan sebagai PEPADUN
      yang berarti tempat mengadukan suatu hal ihwal. Maka jelaslah bahwa mereka yang duduk diatasnya adalah tempat orang mengadukan suatu hal atau yang berhak memberikan keputusan.
Ini jelas bahwa fungsi Pepadun hanya diperuntukkan bagi Raja Raja yang memerintah di Sekala Brak. Atas mufakat dari keempat Paksi maka Pepadun tersebut dipercayakan kepada seseorang yang bernama Benyata untuk menyimpan, serta ditunjuk sebagai bendahara Pekon Luas, Paksi Buay
Belunguh dan kepadanya diberikan gelar Raja secara turun temurun.
Manakala salah seorang dari keempat Umpu dan keturunannya memerlukan Pepadun tersebut untuk menobatkan salah satu keturunannya maka Pepadun itu dapat diambil atau dipinjam yang setelah digunakan harus dikembalikan. Adanya bendahara yang dipercayakan kepada Benyata semata mata untuk menghindari perebutan atau perselisihan diantara keturunan keturunan Paksi Pak Sekala Brak dikemudian hari.
Pada Tahun 1939 terjadi perselisihan diantara keturunan Benyata memperebutkan keturunan yang tertua atau yang berhak menyimpan Pepadun. Maka atas keputusan kerapatan adat dengan persetujuan Paksi Pak Sekala Brak dan Keresidenan, Pepadun tersebut disimpan dirumah keturunan yang lurus dari Umpu Belunguh hingga sekarang.

Awal perpindahan warga Negri Sekala Brak


Sekala Brak

Sebelumnya semua suku bangsa Lampung, baik yang berada di daerah Lampung, Palembang, dan Pantai Banten berpengakuan berasal dari Sekala Brak. Perpindahan Warga Negeri Sekala Brak ini bukannya sekaligus melainkan bertahap dari waktu ke waktu yang dipengaruhi oleh beberapa peristiwa penting didalam sejarah seperti:
  1. Ketika suku bangsa Tumi yang mendiami Sekala Brak terusir dan Skala Brak jatuh ketangan Paksi Pak Sekala Brak, hingga mereka menyebar kedaerah lain.
  2. Perselisihan dan silang sengketa dikalangan keluarga yang mengakibatkan satu pihak meninggalkan Sekala Brak untuk mencari penghidupan ditempat lain.
  3. Adanya bencana alam berupa gempa bumi yang memaksa sebagian Warga Negeri Sekala Brak untuk berpindah dan mencari penghidupan yang baru.
  4. Adanya hubungan yang erat antara Kesultanan Banten dan Kebuayan Belunguh - Kenali, dimana dengan sengaja ditinggalkan disepanjang jalan beberapa orang suami istri untuk meluaskan daerah dan memudahkan perjalanan pulang pergi ke Banten. Sehingga berabad kemudian ditempat itu berdiri Pekon Pekon bahkan banyak yang sudah menjadi Marga. Hubungan inilah yang merupakan asal dari Cikoneng Pak Pekon di Pantai Banten.
  5. Perpindahan juga terjadi disebabkan peraturan adat yang mengikat yang menetapkan semua hak-hak adat jatuh atau diwarisi oleh Putera Tertua, sehingga anak anak yang muda dipastikan tidak sepenuhnya memiliki hak apalagi kedudukan tertentu didalam adat. Dengan cara memilih untuk pindah kedaerah yang baru maka dapat dipastikan mereka memiliki kedudukan dan tingkatan didalam adat yang mereka bentuk sendiri ditempat yang baru.
  6. Perpindahan penduduk dari Sekala Brak ini sebagian mengikuti aliran Way Komring yang dikepalai oleh Pangeran Tongkok Podang, untuk seterusnya beranak pinak dan mendirikan Pekon atau Negeri. Kesatuan dari Pekon Pekon ini kemudian menjadi Marga Atau Buay yang diperintah oleh seorang Raja atau Saibatin didaerah Komering Palembang. Sebagian kelompok lagi pergi kearah Muara Dua, kemudian menuju keselatan menyusuri aliran Way Umpu hingga sampai di Bumi Agung. Kelompok ini terus berkembang dan kemudian dikenal dengan Lampung Daya atau Lampung Komring yang menempati daerah Marta Pura dan Muara Dua di Komering Ulu, serta daerah Kayu Agung dan Tanjung Raja atau Komering Ilir.
Kelompok yang lain yang dipimpin oleh Puyang Rakian dan Puyang Nayan Sakti menuju ke Pesisir Krui dan menempati Pesisir Krui mulai dari Bandar Agung di selatan pesisir hingga Pugung Tampak dan Pulau Pisang di utara. Kelompok yang dipimpin oleh Puyang Naga Berisang dan Ratu Piekulun Siba menyusuri Way Kanan menuju ke Pakuan Ratu, Blambangan Umpu dan Sungkai Bunga Mayang di barat laut Lampung untuk meneruskan jurai dan keturunannya hingga meliputi sebagian utara dataran Lampung.
Adipati Raja Ngandum memimpin kelompok yang menuju ke Pesisir Selatan Lampung Mengikuti aliran Way Semangka hingga kehilirnnya di Kubang Brak. Dari Kubang Brak sebagian rombongan ini terus menuju kearah Kota Agung, Talang Padang, Way Lima hingga ke selatan Lampung di Teluk Betung, Kalianda dan Labuhan Maringgai. Daerah Pantai Banten yang merupakan daerah Cikoneng Pak Pekon adalah wilayah yang diberikan sebagai hadiah kepada Umpu Junjungan Sakti dari Kenali Buay Belunguh setelah menumpas kerusuhan yang diakibatkan oleh Si Buyuh.
Sebagian lagi yang dikepalai oleh Menang Pemuka yang bergelar Ratu Di Puncak menyusuri sepanjang Way Rarem, Way Tulang Bawang dan Way Sekampung. Menang Pemuka atau Ratu Di Puncak memiliki tiga orang istri, istri yang pertama. berputera Nunyai, dari istri kedua memiliki dua orang anak yaitu seorang putera yang diberi nama Unyi dan seorang puteri yang bernama Nuban, sedangkan dari istri ketiga yang berasal dari Minang kabau memiliki seorang putera yang bernama Bettan Subing. Jurai Ratu Di Puncak inilah yang menurunkan orang Abung dan Tulang Bawang.

Sekilas tentang seni dan tradisi lampung


Sekilas Tentang Seni Dan Tradisi Masyarakat Lampung memiliki ragam kesenian yang kaya akan keragaman, keindahan dan keanggunan budaya. Tarian yang dibawakan oleh Muli Meghanai (gadis dan bujang) Lampung memiliki ciri khas gerak serta langgam tersendiri. Tarian klasik yang diselenggarakan pada saat upacara kerajaan adalah suatu bentuk tarian yang dikenal dengan nama Tarakot Kataki atau Lalayang Kasiwan yang masing masing diperagakan oleh dua belas Meghanai secara bersama sama sebagian memegang kipas dan sebagian lagi tidak memegang kipas.
tari kipas
Ragam tarian lain adalah Tari Tanggai (tari kuku) yang ditampilkan oleh satu, dua, atau empat orang Muli yang masing masing memegang kipas. Didalam membawakan Tari Tanggai para Muli ini menggunakan aksesoris berupa kuku-kuku panjang yang terbuat dari perak yang dipasang diujung jari para penari. Tari tersebut diiringi oleh irama Gamulan/Kulintang dengan ditingkahi para Meghanai yang membawakan bait tertentu yang dinamakan Ngadidang.
tari tanggai
Dalam sepuluh hari didalam bulan Syawal diadakan Sekuraan yaitu Festival Topeng yang diselenggarakan sebagai ungkapan suka cita setelah sebulan penuh berpuasa dan mendapatkan Hari Kemenangan. Sekuraan ini diadakan dibeberapa Pekon di Sekala Brak dengan berbagai suguhan Kesenian seperti Silek, Muwayak, Hadra, dan Nyambai oleh para Sekura.
tari sekura Ada dua tipe sekura yaitu Sekura Helau yang melambangkan kebajikan dan kebijaksanaan dan Sekura Kamak yang melambangkan Ketamakan dan Keangkaramurkaan. Sekura Helau mengenakan kostum yang indah dan bagus seperti bawahan yang mengenakan kain yang bermotifkan Tapis dan atasan yang mengenakan Kain Panjang, sedangkan Sekura Kamak mengenakan Topeng yang menyeramkan dan kostum yang kebanyakan berwarna hitam-hitam.
Setiap sehari sebelum Idul Fitri dan Idul Adha ada tradisi Ngelemang pada Paksi-Paksi di Sekala Brak terutama di Paksi Buay Bejalan Di Way, ada beberapa jenis Lemang seperti Lemang Siwok yang terbuat dari ketan, Lemang Bungking yang terbuat dari ketan–pisang, dan Lemang Ceghughut yang terbuat dari ketan dan gula merah. Tradisi ini sebenarnya adalah tradisi lanjutan seperti yang berlaku di daerah Minangkabau.
Masyarakat/ulun Lampung dikenal memiliki kain tenun yang indah dan anggun yang dikenal dengan Kain Tapis. Tapis adalah kain yang agung dan sakral yang pada mulanya hanya dikenakan oleh Para Saibatin dan keluarganya saja terutama dikenakan dalam Bugawi dan Upacara adat. Namun dalam perkembangannya Kain Tapis telah diproduksi secara massal sehingga setiap khalayak dapat berkesempatan untuk memiliki dan mengenakannya. Saat ini Kain Tapis telah dikomersialkan dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan telah melanglangbuana hingga ke mancanegara. Kini Kain Tapis telah mengalami perkembangannya hingga semakin variatif dengan berbagai macam bentuk dan telah merambah dunia fashion seperti pakaian dan aksesoris aksesoris yang bermotifkan Tapis.

Sastra lampung


sastra lampung Sastra Lampung adalah sastra yang menggunakan bahasa Lampung sebagai media kreasi, baik sastra lisan maupun sastra tulis. Sastra Lampung memiliki kedekatan dengan tradisi Melayu yang kuat dengan pepatah-petitih, mantera, pantun, syair, dan cerita rakyat.

Sastra lisan

Sastra lisan Lampung menjadi milik kolektif suku Lampung. Ciri utamanya kelisanan, anonim, dan lekat dengan kebiasaan, tradisi, dan adat istiadat dalam kebudayaan masyarakat Lampung. Sastra itu banyak tersebar dalam masyarakat dan merupakan bagian sangat penting dari khazanah budaya etnis Lampung.

Jenis sastra lisan Lampung

A. Effendi Sanusi (1996) membagi lima jenis sastra tradisi lisan Lampung: peribahasa, teka-teki, mantera, puisi, dan cerita rakyat.

  1. Sesikun/sekiman (peribahasa)
    Sesikun/sekiman adalah bahasa yang memiliki arti kiasan atau semua berbahasa kias. Fungsinya sebagai alat pemberi nasihat, motivasi, sindiran, celaaan, sanjungan, perbandingan atau pemanis dalam bahasa.
  2. Seganing/teteduhan (teka-teki)
    Seganing/teteduhan adalah soal yang dikemukakan secara samar- samar, biasanya untuk permainan atau untuk pengasah pikiran.
  3. Memmang (mantra)
    Memmang adalah perkataan atau ucapan yang dapat mendatangkan daya gaib: dapat menyembuhkan, dapat mendatangkan celaka, dan sebagainya.
  4. Warahan (cerita rakyat)
    Warahan adalah suatu cerita yang pada dasarnya disampaikan secara lisan; bisa berbentuk epos, sage, fabel, legenda, mite maupun semata-mata fiksi.
  5. Puisi
    Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

Sastra Modern

Sebagaimana Melayu di Sumatra pada umumnya, Suku Lampung sangat kental dengan tradisi kelisanan. Pantun, syair, mantra, dan berbagai jenis sastra berkembang tidak dalam bentuk keberaksaraan, sehingga wajar jika memiliki pola-pola sastra lama yang serupa sebagai ciri dari kelisanan itu.

Tidak seperti sastra Jawa, Sunda, dan Bali yang sudah lama memiliki sastra modern, sastra modern berbahasa Lampung baru bisa ditandai dengan kehadiran kumpulan sajak dwibahasa Lampung Indonesia karya Udo Z. Karzi, Momentum (2002). 25 puisi yang terdapat dalam Momentum tidak lagi patuh pada konvensi lama dalam tradisi perpuisian ber bahasa Lampung, baik struktur maupun dalam tema. Dengan kata lain, Udo melakukan pembaruan dalam perpuisian Lampung sehingga ada yang menyebutnya "Bapak Puisi Modern Lampung".

jenis-jenis bahasa lampung


Bahasa Lampung adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Ulun (orang/suku) Lampung di Provinsi Lampung, selatan palembang dan pantai barat Banten. Bahasa ini termasuk cabang Sundik, dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia barat dan dengan ini masih dekat berkerabat dengan bahasa Sunda, bahasa Batak, bahasa Jawa, bahasa Bali, bahasa Melayu dan sebagainya. Aksara Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Aksara Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Aksara Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Aksara Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambang, angka, dan tanda baca. Aksara Lampung disebut dengan istilah Ka-Ga-Nga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Berdasarkan peta bahasa, Bahasa Lampung memiliki dua dialek: Pertama, Dialek A Dialek A dipakai oleh ulun Melinting-Maringgai, Pesisir Rajabasa, Pesisir Teluk, Pesisir Semaka, Pesisir Krui, Belalau dan Ranau, Komering, dan Kayu Agung (yang beradat Lampung Peminggir/Saibatin), serta Way Kanan, Sungkai, dan Pubian (yang beradat Lampung Pepadun). Kedua, dialek O Dialek O dipakai oleh ulun Abung dan Menggala/Tulangbawang (yang beradat Lampung Pepadun). Dr Van Royen mengklasifikasikan Bahasa Lampung dalam Dua Sub Dialek, yaitu Dialek Belalau atau Dialek Api dan Dialek Abung atau Nyow. Dialek Belalau (Dialek Api) Terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Belalau dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomisili di Kabupaten Lampung Barat yaitu Kecamatan Balik Bukit, Batu Brak, Belalau, Suoh, Sukau, Ranau, Sekincau, Gedung Surian, Way Tenong dan Sumber Jaya. Kabupaten Lampung Selatan di Kecamatan Kalianda, Penengahan, Palas, Pedada, Katibung, Way Lima, Padangcermin, Kedondong dan Gedongtataan. Kabupaten Tanggamus di Kecamatan Kotaagung, Semaka, Talang padang, Pagelaran, Pardasuka, Hulu Semuong, Cukuhbalak dan Pulau Panggung. Kota Bandar Lampung di Teluk Betung Barat, Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Utara, Panjang, Kemiling dan Raja Basa. Banten di Cikoneng, Bojong, Salatuhur dan Tegal dalam Kecamatan Anyer, Serang. Bahasa Lampung Logat Krui dipertuturkan oleh Etnis Lampung di Pesisir Barat Lampung Barat yaitu Kecamatan Pesisir Tengah, Pesisir Utara, Pesisir Selatan, Karya Penggawa, Lemong, Bengkunat dan Ngaras. Bahasa Lampung Logat Melinting dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Lampung Timur di Kecamatan Labuhan Maringgai, Kecamatan Jabung, Kecamatan Pugung dan Kecamatan Way Jepara. Bahasa Lampung Logat Way Kanan dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Way Kanan yakni di Kecamatan Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga dan Pakuan Ratu. Bahasa Lampung Logat Pubian dipertuturkan oleh Etnis Lampung yang berdomosili di Kabupaten Lampung Selatan yaitu di Natar, Gedung Tataan dan Tegineneng. Lampung Tengah di Kecamatan Pubian dan Kecamatan Padang ratu. Kota Bandar Lampung Kecamatan Kedaton, Sukarame dan Tanjung Karang Barat. Bahasa Lampung Logat Sungkay dipertuturkan Etnis Lampung yang Berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Sungkay Selatan, Sungkai Utara dan Sungkay Jaya. Bahasa Lampung Logat Jelema Daya atau Logat Komring dipertuturkan oleh Masyarakat Etnis Lampung yang berada di Muara Dua, Martapura, Komring, Tanjung Raja dan Kayuagung di Provinsi Sumatera Selatan. Dialek Abung (Dialek Nyow) terbagi menjadi: Bahasa Lampung Logat Abung Dipertuturkan Etnis Lampung yang yang berdomisili di Kabupaten Lampung Utara meliputi Kecamatan Kotabumi, Abung Barat, Abung Timur dan Abung Selatan. Lampung Tengah di Kecamatan Gunung Sugih, Punggur, Terbanggi Besar, Seputih Raman, Seputih Banyak, Seputih Mataram dan Rumbia. Lampung Timur di Kecamatan Sukadana, Metro Kibang, Batanghari, Sekampung dan Way Jepara. Lampung Selatan meliputi desa Muaraputih dan Negararatu. Kota Metro di Kecamatan Metro Raya dan Bantul. Kota Bandar Lampung meliputi kelurahan Labuhanratu, Gedungmeneng, Rajabasa, Jagabaya, Langkapura, dan Gunungagung (kelurahan Segalamider). Bahasa Lampung Logat Menggala Dipertuturkan Masyarakat Etnis Lampung yang bertempat tinggal di Kabupaten Tulang Bawang meliputi Kecamatan Menggala, Tulang Bawang Udik, Tulang Bawang Tengah, Gunung Terang dan Gedung Aji.

Tempat bersejarah di Bumi Manggala lampung


tempat bersejarah di menggala
BERBAGAI jejak yang masih bertakhta meneguhkan bahwa Menggala memang kota tua di Lampung. Banyak tempat dan tilas-tilas di bantaran Way Tulangbawang itu masih menyimpan cerita yang menyejarah.
Aspek menonjol pada peninggalan sejarah salah satunya adalah arsitektur. Mencermati rumah-rumah panggung di Menggala selintas mirip denagan rumah-rumah bangsawan Jawa tempo dulu. Terbuat dari kayu tembesu yang panjang mencapai 20 meter menambah eksotis rumah panggung keluarga Warganegara.
Di beranda yang luas kita akan disambut beberapa furnitur khas awal abad ke-18 dan 19. Di antaranya kursi kayu dan beberapa perabot rumah tangga. Yang unik adalah tempat untuk meletakkan topi dan tongkat menir-menir Belanda pada masa kolonial. Selain itu, ada sebuah kursi putar yang terbuat dari kayu yang semakin menambah lengkap nuansa klasik tempo dulu.

Menurut catatan tertulis yang terdapat di rumah bersejarah tersebut, terahir kali direnovasi oleh Pangeran Warganegara IV pada tahun 1879. Setelah itu dilakukan perbaikan, tapi tidak mengubah bentuk dan keaslian bangunan, bila masuk ke dalam rumah kita akan disambut dengan pepadun Sutan Ngukup (Pangeran Warganegara IV) yang dibuat pada abad ke-19 serta beberapa benda lainnya seperti talam pemenganan bertarikh tahun 1650—1727 (semacam talam untuk makan) milik Krio Warganegara (Menak Kesuhur) yang merupakan leluhur dari Pangeran Warganegara IV (1852-1927).
Selain itu tak jauh dari rumah Warganegara terdapat sebuah Masjid Agung Kibang yang telah mengalami beberapa kali pemugaran dan didaulat sebagai masjid tertua di Lampung. Kemudian Juga Tangga Raja, yang konon merupakan tempat sandar dan tempat menaiki perahu bagi raja-raja Tulangbawang. Menurut sejarah, pada hari Minggu tanggal 1 Pahing bulan Syakban 1194 H (awal abad ke-18) di Kibang, Menggala, Pangeran Warganegara I, Pangeran Anggadijaya, Pangeran Saja Laksana, Pangeran Wirajaya dan Natadiraja (mereka berlima adalah penggawa Lima Tulangbawang) dibantu oleh Pangeran Muterjagad, Pangeran Robbana, dan Marga Liyu mendirikan Masjid pertama di Desa Kibang, Menggala.
Masjid tersebut berbentuk pangung bertiang terbuat dari papan dan kayu yang dikerjakan secara gotong royong oleh penduduk Kibang. Masjid sederhana ini diresmikan tepat pada 1 Syawal 1194 H, tepatnya hari Rabu dengan Marbot H. Ratu Bagus Mujahidin. Sedangkan Imam pertama Syekh Zulaipah dan beberapa orang ustaz, seperti Tuan Alim, Tubagus M. Ali.

Tahun 1825 asisten residen Du Bois memerintahkan agar Kota Menggala dibangun. Tak luput Masjid Kibang harus dipindahkan ke Kibang Libou dan pada 1829 dibangun Masjid Kibang. Masjid Agung Kibang diresmikan tahun 1830 dengan Marbot pertama H.M. Thahir Banten. Menara Masjid Agung Kibang dibangun tahun 1913 M (1332 H) dan dipugar tahun 1938 (1357 H) dengan ketua panitia Pangeran Warganegara V (cucu dari Pangeran Warganegara IV/Sutan Ngukup), Sekretaris M. Umar, Keuangan H.M. Said. Setelah itu atau lebih tepatnya pascakemerdekaan sudah beberapa kali masjid ini mengalami renovasi. Tempat terakhir adalah Tangga Raja. Menurut hikayat masyarakat setempat, Tangga Raja adalah sebuah tangga atau jalan setapak yang dahulu kala dipakai oleh raja-raja Tulangbawang untuk turun ke perahu dan berlayar. Posisi Tangga Raja memang tepat berada di hilir Sungai Tulangbawang.

adat istiadat lampung


Pada dasarnya jurai Ulun Lampung adalah berasal dari Sekala Brak, namun dalam perkembangannya, secara umum masyarakat adat Lampung terbagi dua yaitu masyarakat adat Lampung Saibatin dan masyarakat adat Lampung Pepadun. Masyarakat Adat Saibatin kental dengan nilai aristokrasinya, sedangkan Masyarakat adat Pepadun yang baru berkembang belakangan kemudian setelah seba yang dilakukan oleh orang abung ke banten lebih berkembang dengan nilai nilai demokrasinya yang berbeda dengan nilai nilai Aristokrasi yang masih dipegang teguh oleh Masyarakat Adat Saibatin. Masyarakat lampung adat Saibatin Masyarakat lampung Adat Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Way Jepara, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Propinsi Sumatera Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin seringkali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari: Paksi Pak Sekala Brak (Lampung Barat) Keratuan Melinting (Lampung Timur) Keratuan Darah Putih (Lampung Selatan) Keratuan Semaka (Tanggamus) Keratuan Komering (Provinsi Sumatera Selatan) Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten) Masyarakat Lampung adat pepadun Pepadun Masyarakat beradat Pepadun atau Pedalaman terdiri dari: Abung Siwo Mego (Unyai, Unyi, Subing, Uban, Anak Tuha, Kunang, Beliyuk, Selagai, Nyerupa). Masyarakat Abung mendiami tujuh wilayah adat: Kotabumi, Seputih Timur, Sukadana, Labuhan Maringgai, Jabung, Gunung Sugih, dan Terbanggi. Mego Pak Tulangbawang (Puyang Umpu, Puyang Bulan, Puyang Aji, Puyang Tegamoan). Masyarakat Tulang bawang mendiami empat wilayah adat: Menggala, Mesuji, Panaragan, dan Wiralaga. Pubian Telu Suku (Minak Patih Tuha atau Suku Manyarakat, Minak Demang Lanca atau Suku Tambapupus, Minak Handak Hulu atau Suku Bukujadi). Masyarakat Pubian mendiami delapan wilayah adat: Tanjungkarang, Balau, Bukujadi, Tegineneng, Seputih Barat, Padang Ratu, Gedungtataan, dan Pugung. Sungkay-Way Kanan Buay Lima (Pemuka, Bahuga, Semenguk, Baradatu, Barasakti, yaitu lima keturunan Raja Tijang Jungur). Masyarakat Sungkay-Way Kanan mendiami sembilan wilayah adat: Negeri Besar, Ketapang, Pakuan Ratu, Sungkay, Bunga Mayang, Blambangan Umpu, Baradatu, Bahuga, dan Kasui.

12 KEBUAYAN DI LAMPUNG PESISIR BANDAR LIMA (CUKUH BALAK, WAY LIMA & GUNUNG ALIF)


Lampung Pesisir Pemanggilan Bandar Lima adalah lampung pesisir yang berasal dari 5 kebandaran di cukuhbalak yang keturunanya menyebar ke wilayah pedalaman yang sekarang meliputi kecamatan cukuh balak, limau, talang padang, kelumbayan, kelumbayan barat dan bulok (Tanggamus); pardasuka (Pringsewu); kedondong, way lima, sebagian gedung tataan, punduh pedada dan padang cermin (Pesawaran).

Nama kebuayan berasal dari kata “buay” yang artinya keturunan. Maksudnya adalah sebuah kelompok yang berasal dari satu keturunan (nenek moyang yang sama). Untuk lampung pesisir, nama buay biasanya identik dengan nama kebiasaan atau peristiwa yang dulu pernah terjadi di zaman nenek moyangnya, selain nama moyang buay tersebut. Seperti “buay semenguk”, karena dari cerita nenek moyangnya yang dulu telah membantu menyelamatkan seekor buaya. “Buay pemuka peliung”, karena dari cerita nenek moyangnya yang memiliki kebiasaan membawa priuk (tempat memasak nasi) sehingga dalam bahasa lampung disebut “peliung/beliuk/khayoh”. “Buay Kemincak”, karena dari cerita nenek moyangnya yang pandai mendatangkan hujan, seperti ibarat katak yang suka dengan air, dan cerita buay lainnya.

Menurut beberapa sumber terdapat 12 kebuayan di wilayah bandar lima (cukuhbalak), waylima dan gunung alif yg berasal dr 5 bandar, yaitu:

1. SEPUTIH, ada 5 buay yg merupakan keturunan buay semenguk dan buay lain yg masih dalam satu kerabat, yaitu: BUAY MUKHADATU/MIKHADATU (di waykanan disebut BARADATU), BUAY TAMBAKUKHA (merupakan saudara tiri paksi pak dari ibu buay tumi/semenguk), BUAY HULU DALUNG (buay ini masih kerabat buay semenguk yang berasal dari sungkai bunga mayang), BUAY HULU LUTUNG (saudara dari buay hulu dalung yang berasal dari komering), BUAY PEMUKA (ada yang menyebutkan berasal dari pubian menyerakat, tetapi ada yang menyebutkan dari waykanan yaitu buay pemuka bangsa raja).

2. SEBADAK, berasal dari BUAY TENGKLEK (keturunan BUAY SINDI /MESINDI/BESINDI dan saudara BUAY BINTANG di krui dan di sungkai).

3. SELIMAU, merupakan keturunan 3 saudara keturunan keratuan pugung yaitu kakhai handak, si agul-agul dan raja bungsu sakti dewa. Dimungkinkan masih kerabat dekat dgn keratuan BALAU di kedamaian. Terdapat 3 buay yaitu: BUAY TUNGAU, BUAY KHANDAU dan BUAY BABOK.

4. SEPERTIWI, terdapat satu buay yaitu BUAY SAKHA. Tidak terdapat keterangan yang pasti, tetapi dimungkinkan masih saudara BUAY AJI.

5. SEKELUMBAYAN, terdapat 2 buay yaitu: BUAY BENAWANG (Masih saudara buay semenguk, di liwa disebut BUAY BETAWANG) dan BUAY GAGILI (Masih keturunan keratuan BALAU di kedamaian, yg pindah ke penyandingan di wilayah kelumbayan, tetapi ada juga yang menyatakan berasal dari keturunan BALAU yang dulu masih di skala bekhak).

Demikianlah nama-nama 12 kebuayan yang ada di Bandakh Lima, tidak menutup kemungkinan masih ada buay-buay yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dikarenakan kekurangan data.

Jika Anda Menyukai Artikel ini Mohon Klik Like di Bawah ini:

Komentar: