Bandar Lampung-MIOL
Guna melestarikan kebudayaan Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Barat (Lambar) terutama dalam seni bela diri, sebanyak 18 pemuda dikirim ke Sumatra Barat (Sumbar). Pengiriman ke daerah Pagaruyung itu untuk mempelajari seni bela diri silat tradisional, yang sudah mulai dilupakan generasi muda.
"Saya prihatin terhadap seni budaya Lampung yang nyaris punah apalagi generasi muda kurang berminat mempelajarinya. Saya berharap dengan dikirimnya 18 orang pemuda ke Pagaruyung nantinya bisa mengembangkan seni bela diri tersebut," kata Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi, Kombes Edward Syah Pernong di Bandar Lampung, Jumat (6/4).
Edward yang juga Kapolres Jakarta Barat menambahkan, dipilihnya Sumbar sebab daerah tersebut memang memiliki hubungan erat terutama dengan Paksi Pernong. Sebab berdasarkan sejarah, keturunan mereka memang berasal dari Sumbar.
Menurut Edward, dirinya Sultan Skala Berak yang dipertuan ke-23. Dengan demikian di sela kesibukannya sebagai kapolres, dia tetap meluangkan waktu untuk melestarikan tradisi yang telah turun temurun ini.
"Selain beladiri, sebagai Sultan saya tetap memelihara dan merawat berbagai benda pusaka, seperti keris, tombak dan juga benda peninggalan lainnya. Benda-benda ini sebagai lambang bahwa memang dulu di Lambar terdapat kerajaan," ujarnya.
Edward mengatakan kendati Paksi Pernong telah tersebar bukan saja di Lampung tetapi sudah ke seluruh wilayah Indonesia, namun tali kekerabatan tetap terjaga. Bahkan jika ada pengangkatan kepala suku, selaku Sultan dirinya pasti hadir. Jadi bisa dikatakan adat dijadikan sebagai alat pengikat tali silahturahim.
Edward juga menilai kepedulian pemerintah provinsi (pemprov) dan juga pemerintah kabupaten (pemkab) terhadap pelestarian dan pembinaan terhadap adat, seni dan budaya masih kurang. "Kami berharap Lembaga Masyarakat Adat Lampung (L-Mal) yang sudah dibentuk bisa menjadi alat pemersatu, bukan justru menjadi alat pemecah," lanjutnya lagi.
Dibandingkan daerah lain, adat Lampung sangat komplit, sebab Lampung punya tulisan dan bahasa sendiri dan itu diakui, ini mesti yang dipelihara. Semua ini menandakan peradapan di Lampung sejak zaman dahulu memang sudah maju.
"Coba bandingkan Malaysia dan Brunai saja tidak memiliki bahasa dan tulisan. Ini mestinya membuat masyarakat Lampung bangga akan peninggalan sejarahnya," tambahnya lagi. (VI/OL-02. Penulis: M. Naviandri).
Guna melestarikan kebudayaan Lampung, khususnya Kabupaten Lampung Barat (Lambar) terutama dalam seni bela diri, sebanyak 18 pemuda dikirim ke Sumatra Barat (Sumbar). Pengiriman ke daerah Pagaruyung itu untuk mempelajari seni bela diri silat tradisional, yang sudah mulai dilupakan generasi muda.
"Saya prihatin terhadap seni budaya Lampung yang nyaris punah apalagi generasi muda kurang berminat mempelajarinya. Saya berharap dengan dikirimnya 18 orang pemuda ke Pagaruyung nantinya bisa mengembangkan seni bela diri tersebut," kata Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi, Kombes Edward Syah Pernong di Bandar Lampung, Jumat (6/4).
Edward yang juga Kapolres Jakarta Barat menambahkan, dipilihnya Sumbar sebab daerah tersebut memang memiliki hubungan erat terutama dengan Paksi Pernong. Sebab berdasarkan sejarah, keturunan mereka memang berasal dari Sumbar.
Menurut Edward, dirinya Sultan Skala Berak yang dipertuan ke-23. Dengan demikian di sela kesibukannya sebagai kapolres, dia tetap meluangkan waktu untuk melestarikan tradisi yang telah turun temurun ini.
"Selain beladiri, sebagai Sultan saya tetap memelihara dan merawat berbagai benda pusaka, seperti keris, tombak dan juga benda peninggalan lainnya. Benda-benda ini sebagai lambang bahwa memang dulu di Lambar terdapat kerajaan," ujarnya.
Edward mengatakan kendati Paksi Pernong telah tersebar bukan saja di Lampung tetapi sudah ke seluruh wilayah Indonesia, namun tali kekerabatan tetap terjaga. Bahkan jika ada pengangkatan kepala suku, selaku Sultan dirinya pasti hadir. Jadi bisa dikatakan adat dijadikan sebagai alat pengikat tali silahturahim.
Edward juga menilai kepedulian pemerintah provinsi (pemprov) dan juga pemerintah kabupaten (pemkab) terhadap pelestarian dan pembinaan terhadap adat, seni dan budaya masih kurang. "Kami berharap Lembaga Masyarakat Adat Lampung (L-Mal) yang sudah dibentuk bisa menjadi alat pemersatu, bukan justru menjadi alat pemecah," lanjutnya lagi.
Dibandingkan daerah lain, adat Lampung sangat komplit, sebab Lampung punya tulisan dan bahasa sendiri dan itu diakui, ini mesti yang dipelihara. Semua ini menandakan peradapan di Lampung sejak zaman dahulu memang sudah maju.
"Coba bandingkan Malaysia dan Brunai saja tidak memiliki bahasa dan tulisan. Ini mestinya membuat masyarakat Lampung bangga akan peninggalan sejarahnya," tambahnya lagi. (VI/OL-02. Penulis: M. Naviandri).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar