Rabu, 30 November 2011

keratuan marga balaw


SEJARAH keratuan di Lampung kembali berduka. Salah satu tokoh penyimbang marga, Choldin Ismail Balaw, berpulang sepekan lalu. Penyimbang Marga Balau ini dikenal sebagai tokoh yang bisa menyatukan Lampung Saibatin dan Pepadun sehingga rukun damai. TATAR INTAN. Rumah adat Keratuan Marga Balau "Tatar Intan" di bilangan Kedamaian, Bandar Lampung (LAMPUNG POST/IKHSAN NUR SATRIO) Puluhan karangan bunga ucapan bela sungkawa berjajar rapi di Jalan Hayam Wuruk, Kedamaian, Bandar Lampung, Minggu (23-10). Ungkapan dukacita itu datang dari orang-orang besar, termasuk Gubernur Lampung dan Kapolda. Selain itu, tokoh dan warga biasa juga hadir melayat atas meninggalnya Choldin Ismail Balaw Gelar Sutan Gusti Putra Balaw. Hari itu Lampung kehilangan salah satu putra terbaik dan pahlawannya. Choldin merupakan pimpinan Marga Balaw sebagai penyimbang. Ia adalah pewaris Keratuan Balaw yang merupakan salah satu keratuan terbesar yang pernah ada di Lampung. Keratuan Balaw berawal dari Kerajaan Skala Berak di Liwa, Lampung Barat. Namun, kemudian ada beberapa orang dari Skala Berak yang memisahkan diri ke pedalaman untuk mendirikan keratuan sendiri. Keratuan baru ini berada di Sungai Balaw, Krui. Kemudian berkembang menjadi Keratuan Balaw. Dalam perkembangannya, Keratuan Balaw meluas hingga ke Teluk Lampung. Keratuan Balaw runtuh akibat perang yang melibatkan Kerajaan Banten dan Portugis. Runtuhnya Keratuan Balaw tidak membuat para pewarisnya tinggal diam. Keturunan Keratuan Balaw tetap melanjutkan dengan pindah dan menyebar ke Teluk Lampung, seperti Kalianda, Katibung, Pidada, dan Way Sulan. Ketrurunan yang melanjutkan adalah Buai Kuning. Keratuan Balaw pun hanya menjadi marga yang meliputi daerah-daerah kecil. Choldin Balaw merupakan keturnan dan pewaris langsung Keratuan Balaw. Perannya sangat penting sebagai pemimpin dari Marga Balaw. Choldin menjadi penyimbang sejak tahun ‘80-an. Ia mulai melakukan tugas sebagai pimpinan setelah ayahnya meninggal. Adik kandung Choldin, Cholid Balaw, mengaku akan mengumpulkan semua keluarga Balaw untuk memusyawarahkan kelanjutan penyimbang Marga Balau. “Setelah 40 hari akan dibahas tentang penyimbang yang baru,” kata dia. Cholid mengungkapkan tugas sebagai penyimbang akan dilanjutkan anak laki-laki tertua dari almarhum Choldin. Putra pertamalah yang akan melanjutkan dan memimpin marga. Bagi Cholid, posisi yang diemban Choldin memang sangat penting. Namun, kelangsungan Marga Balaw akan diteruskan pada pewaris selanjutnya. Cholid menceritakan ada beberapa hal yang diamanatkan Choldin. Cholid menceritakan ada hubungan antara Tiyuh Kedamaian dengan Keramat Balaw yang terletak di Jalan Hayam Wuruk, Kelurahan Kedamaian. Jarak antara tiyuh dan keramat sekitar 2 km. Ada hubungan hitoris dan religius antara keduanya. Saat ini keberadaaan tiyuh dan keramat berada dalam satu kelurahan, yaitu Kelurahan Kedamaian. Ada rencana dari Pemkot Bandar Lampung untuk melakukan pemekaran kelurahan. Ada keinginan dari Bapak Choldin Balaw agar tiyuh dan keramat tetap dipertahankan dalam satu kelurahan dan tidak dipisah. Tiyuh Kedamaian berisi rumah adat serta peninggalan-peninggalan adat, seperti baju besi, yang merupakan baju perang Karatuan Balaw, tombak kuno, bejana kuno, dan kulintang kuno. Sementara di Keramat Balaw ada peninggalan Ratu Lengkara, yang merupakan salah satu ratu pada masa berdirinya Keratuan Balaw. “Ada semacam kepercayaan bahwa setiap orang-orang yang tinggal di Tiyuh Kedamaian melakukan acara adat, seperti pernikahan, maka harus berziarah ke makam sebagai bentuk pemberitahuan dan mengundang,” ujar Cholid. Ia menceritakan ada saja kejadian yang tidak diharapkan bila suatu pesta adat tidak didahului dengan berziarah ke makam di Keramat Balaw. Pernah ada yang pingsan saat pelaksanaan adat. Amanat yang kemudian harus dijalankan adalah agar di tiyuh dan keramat tidak didirikan bangunan tempat ibadah selain masjid. Menurutnya, hal ini mengacu pada hukum adat Lampung Pubian, Kuntala Raja Niti, bahwa bangunan yang boleh didirikan adalah masjid dan langgar. Hukum adat Lampung sangat kental dengan nuansa Islam. Barang-barang peninggalan Keratuan Balaw pernah dicuri pada tahun 1998. Namun, pihak kepolisian berhasil menangkap pencuri tersebut. Dari kejadian ini, ada cerita mistis. Menurut Cholid, pencuri merasa gatal-gatal dan tidak bisa disembuhkan. Pencuri itu bisa sembuh setelah dibacakan doa dan dimaafkan tokoh adat Balaw. Pihak kepolisian pun langsung memulangkan barang pusaka dan tidak menjadikannya sebagai barang bukti. “Polisi merasa barang pusaka sangat mistis dan terjadi hal aneh di kantor kepolisian saat benda pusaka itu disimpan di sana,” ujar Cholid. Perwakilan dari Marga Balak di Kelurahan Olok Gading, Andi Wijaya, mengatakan dari semua marga yang ada di Bandar Lampung mengakui Penyimbang Adat Marga Balau, Coldin Balaw, adalah pimpinan adat yang tertua dan diakui ketokohannya. Banyak teladan yang bisa diambil dari Choldin, terutama keikhlasan dalam bekerja. “Beliau bekerja dan berjuang tanpa mengharapkan imbalan,” kata Andi. Andi menyebut Choldin adalah pahlawan Lampung. Perjuangannya yang membuat Lampung menjadi provinsi sendiri. Posisinya dalam Marga Balaw sangat strategis yaitu sebagai pimpinan atau penyimbang. Andi mengenal Choldin sebagai tokoh yang penuh dengan ketulusan dalam berjuang. “Beliau tidak pamrih dalam berjuang dan bekerja. Semua dilakukan dengan ikhlas. Ia tidak mengharapkan apa-apa dari hal yang sudah dilakukan. Ia mengungkapkan Choldinlah yang bisa menyatukan tokoh-tokoh Lampung dalam satu lembaga. Kelembagaan adat yang dapat dijadikan sebagai ajang musyawarah antara Lampung Sai Batin dan Pepadun. (PADLI RAMDAN/M-1) Sumber: Lampung Post, Minggu, 30 Oktober 2011 1 komentar Diposkan oleh Udo Z Karzi Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook [Fokus] Choldin Mempersatukan Ruwa Jurai BANDAR Lampung, kota yang menjadi ibu kota provinsi Lampung ini kini menjadi metropolitan dengan ciri rumah toko. Di seantero wilayah, tidak mudah menemukan ciri asli bahwa ini adalah daerah dengan budaya lokal yang pernah cukup kuat. Perkampungan Olok Gading di bilangan Telukbetung Barat yang mungkin masih ditemukan bebrapa hunian dengan arsitektur Lampung. ARSITEKTUR LAMPUNG. Salah satu rumah yang masih mengakomodasi arsitektur Lampung. (LAMPUNG POST/IKHSAN NUR SATRIO) Meskipun demikian, jejak-jejak budaya Lampung masih ada di beberapa lokasi, salah satunya di bilangan Jalan Hayam Wuruk, Kedamaian, Tanjungkarang Timur, Bandar Lampung. Melintaslah di jalan ini, lalu temukan satu gapura cukup megah dengan monumen siger sebagai mahkota, dipadu dengan dua payung tiga tingkat di kanan-kiri (kuning dan putih). Menjorok ke dalam, halaman luas dengan paving block menjadi latar bertakhtanya rumah adat berjuluk Tatar Intan. Tulisan “Tatar Intan” di bagian atas bagunan dan di pintu gerbang ditegaskan dengan tulisan aksara Lampung. MAKAM KERAMAT. Salah satu makam keramat Marga Balaw di Kedamaian (LAMPUNG POST/IKHSAN NUR SATRIO) Rumah itu kini mungkin menjadi benteng terakhir kemegahan adat budaya Lampung di Kota Bandar Lampung. Bangunan ini memang tidak terlihat kesan tuanya. Meskipun dibangun dangan material utama kayu, material lain seperti atap yang menggunakan genting keramik membuat unsur rumah tua tidak terasa. Yang ada adalah rumah adat Lampung versi baru. Penegasan soal kebaruan rumah ini memang beralasan. Sebab, beberapa rumah tua masih ada tak jauh dari lokasi ini. Ada gerbang rumah tua Lampung dalam balutan pepohonan nan rindang di seberang agak jauh dengan tulisan “Lamban Sai Ragah”. Rumah ini juga mengandung unsur adat dan ketuaannya yang lebih kentara. Di bilangan inilah sebagian anggota klan Keratuan Marga Balaw berada dan hidup dengan budaya yang semula sangat kental. Jejak-jejak lama adat dan budaya Lampung di wilayah ini mulai terlihat kontras dengan lingkungan sekelilingnya sejak beberapa developer perumahan mewah bermunculan. Peradaban modern terus merangsek sehingga budaya Lampung yang bersahaja terus tergusur. Kesenian dan berbagai tatanan adat yang dulu menjadi warna utama saat ada berbagai upacara kini mulai tergantikan dengan kesenian modern, meskipun pada saat-saat tertentu upacara adat untuk acara perkawinan, pemberian gelar adat, dan berbagai ornamen adat masih sering dilakukan masyarakat. Beruntung, beberapa tokoh yang peduli dengan adat dan kebetulan mempunyai pengaruh kekuasaan dan juga materi masih mengingat pada kebiasaan adat yang mengandung falsafah tinggi, salah satunya adalah Choldin Ismail Balaw. Ia adalah penyimbang marga atau pimpinan tertinggi dalam tatanan adat Lampung Saibatin. Sayang, beliau telah meninggal sepekan yang lalu. Tidak banyak yang kenal dan tahu tentang Choldin Balaw. Dia adalah salah satu pahlawan Lampung yang turut memperjuangkan berdirinya Provinsi Sai Bumi Ruwa Jurai ini lepas dari Sumatera Selatan. Choldin lahir tahun 1930 dan sempat menjadi tentara pelajar pada masa penjajahan Belanda. Saat itu peran Choldin sebagai kurir. Usai perjuangan selesai dan Indonesia merdeka, Choldin pun pindah ke Jakarta dan menjadi abdi negara. Saat itu, ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Perhubungan Laut. Tahun 1960-an mulailah bergelora keinginan dari masyarakat Lampung untuk mendirikan provinsi sendiri dan lepas dari Sumatera Selatan. “Choldin lah yang langsung menemui Presiden Soekarno untuk meyakinkan dan melobi agar Lampung menjadi provinsi baru,” kata Cholid Balaw, adik Choldin. Soekarno pun menantang Choldin untuk mengumpulkan orang-orang yang memang memiliki keinginan untuk memisahkan diri dari Sumatera Selatan. Saat itu ada pertemuan antara Soekarno dan Choldin berserta rombongan untuk meyakinkan tentang pemisahan provinsi. Setelah Provinsi Lampung berdiri, Choldin pun kembali ke tanah kelahirannya untuk mengabdi di dareah. Ia pun aktif di partai politik. Terakhir Choldin masuk dalam Partai Golkar dan memimpin partai berlambang pohon beringin ini. Puncak dari karier politiknya adalah saat mejadi wakil rakyat sebagai wakil ketua DPRD Bandar Lampung. Cholid menilai kehidupan yang dijalani Choldin sangat sempurna. Semua pengabdian sudah dilakukan, mulai dari pejuang kemerdekaan, abdi negara, tokoh adat, pimpinan parai politik, wakil rakyat, dan imam. Peran yang tidak kalah penting yang dilakukan Choldin adalah mempelopori berdirinya Lembaga Masyarakat Adat Lampung (LMAL) yang menjadi cikal bakal berdirinya Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL). Pertemuan membentuk LMAL dilakukan di rumah adat Marga Balaw di Jejar Intan, Kedamaian. Menurut Cholid, Choldinlah yang mempersatukan agar Lampung Pepadun dan Lampung Saibatin bersatu dalam lembaga yang sudah dibuat. Choldin yang mengajak dan mengimbau agar dua jurai di Lampung bersatu dalam satu lembaga. Choldin adalah tokoh yang jarang tampil di publik. Ia lebih suka bergarak dan berjuang dalam kesunyian. Orang pun mengakui perjuangannya. Ia turut terlibat dalam berjuang, setalah berhasil, tidak satu pun jabatan yang diinginkannya. (PADLI RAMDAN/M-1) Sumber: Lampung Post, Minggu, 30 Oktober 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Anda Menyukai Artikel ini Mohon Klik Like di Bawah ini:

Komentar: