Keterangan ini diambil dari buku tambo Mat Siradj gelar Raja Paksi Bumi Agung pada tanggal 24 September 2000 jam 16.00, tambo tersebut dibacakan oleh Ahmad Nasri gelar Raja Penyimbang Ratu Sukadana Kenali.
Ditulis ulang dan Suling bahasa oleh Basis Syarif.
Bermula diriwayatkan, adapun yang menjadi Raja dan memerintah negeri kenali pada saat itu adalah Ranji Pasai berkedudukan di Barnasi, raja ini beserta rakyatnya ber-agama Budha dengan menyembah patung-patung dan kayu-kayu yang dibuat oleh nenek moyang mereka.
Pada waktu itu datang seorang laki-laki yang bernama Umpu Belunguh, Umpu Belunguh (berdasarkan surat-surat keterangan yang tertulis pada kulit kayu) datang dari Madinah atau tanah arab dan beliau ini pernah juga ke Istambul dan Bagdad.
Perjalanan Umpu Belunguh, berawal dari Madinah lalu ke Hadratul-maut, tidak diketahui dengan cara dan jalan apa sampailah Umpu Belunguh ke Pagarruyung Sumatera Barat, maksud dari perjalanan Umpu Belunguh adalah untuk mengembangkan agama Allah (Islam). Setelah beliau sampai di Pagarruyung berjumpalah dia dengan orang-orang Pagarruyung yang sudah ber-agama Islam, setelah beberapa lama beliau tinggal dan menetap di Pagarruyung lalu beliau meneruskan perjalanan untuk mengembangkan agama Islam bersama dengan 7 (tujuh) orang hulu balang pemberian raja Pagarruyung untuk menjadi teman beliau dalam perjalanan. Lalu mereka ini memulai perjalanan dengan menyisir arah ke Batanghari, musi atau resident Palembang, sesampai mereka ke satu dusun yang bernama Libahaji (Resident Palembang) Libahaji ini adalah sebuah negeri tua tempat kedudukan nenek moyang RAKIAN menjadi raja dan duduk memerintah pada waktu itu.
Umpu Belunguh dengan para hulubalangnya menjumpai raja Rakian dan menceritakan maksud dan tujuan dari perjalanan mereka yaitu untuk mengembangkan agama Islam, Raja Rakian bersama rakyat-rakyatnya pada waktu itu 'dapat dikatakan' sudah memeluk agama Islam. Setelah beberapa waktu lamanya umpu belunguh serta para hulu balangnya menetap di Liba Haji ini, dan pada suatu saat beliau pamit dan mohon izin pada raja Rakian untuk meneruskan perjalanan, oleh raja Rakain di-izin-kan. Umpu Belunguh dengan para hulu balang-nya meneruskan perjalanan dan sampai pada suatu dusun subik di wilayah marga ranau mereka tinggal dan menumpang pada raja yang berkuasa disini yaitu UMPU SAHUJAN, dan umpu belunguh tinggal untuk beberapa lama disini dengan maksud untuk mengembangkan agama Islam, akan tetapi umpu sahujan dan rakyatnya ternyata juga sudah memeluk agama Islam. Dari umpu sahujan ini umpu belunguh mendapat banyak informasi dan keterangan yang lengkap bahwa di Barnasi penduduk beserta raja-nya belum ber-agama Islam, dan pada saat itu masih menyembah batang-batang kayu serta patung-patung.
Umpu Belunguh bercerita panjang lebar tentang maksud dan tujuannya kepada umpu sahujan dan oleh karena diwilayah kekuasaan umpu sahujan masyarakat telah ber-agama Islam, maka umpu belunguh pamit kepada umpu sahujan untuk meneruskan perjalanan mereka, oleh karena rasa sayang-nya umpu sahujan kepada umpu belunguh dan rombongan maka umpu sahujan menyertai umpu belunguh untu berjalan bersama-sama, lalu dacari hari dan waktu yang baik (sesuai dengan kepercayaan raja-raja pada waktu itu), dan dikumpulkan-lah para hulu balang dari umpu sahujan, kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju ke-arah barnasi, mereka ini semua sampai di Sukau, Kembahang, terus ke Hanibung atau Batu Beghak dan terus ke barnasi, sepanjang perjalanan yang dilalui ternyata masyarakat sudah mengenal dan bahkan sudah memeluk agama Islam.
Sesampainya rombongan ini di Barnasi, maka umpu belunguh bersama umpu sahujan dan para pengawalnya ber-inisiatif untuk menghadap raja yang berkuasa pada waktu itu yaitu Ranji Pasai atau Sekerumong, sebagaimana yang telah dirilis sejak awal tulisan ini, lalu umpu belunguh dan umpu sahujan serta para pengawalnya memperkenalkan diri dengan ranji pasai serta mereka tinggal dan menumpang di rumah raja ini, namun dalam waktu yang singkat mereka belum menceritakan maksud dan tujuan dari kedatangan mereka kepada Ranji Pasai, tetapi setelah beberapa lama mereka tinggal dan menetap disini dan setelah situasi dapat dibaca lalu umpu belunguh dengan siasatnya meminta tanda kenang-kenangan untuk persahabatan kepada raji pasai berupa sebidang tanah untuk tempat umpu belunguh mendirikan rumah, dan oleh ranji pasai permintaan tersebut dengan segala ke-ikhlasan dan senang hati dikabulkan dan tanah tersebut bernama Sangawikh, oleh umpu belunguh dan para pengawalnya serta bantuan dari rakyat ranji pasai mendirikan sebuah rumah. Setelah rumah tersebut selesai dibangun lalu di-tempati oleh umpu belunguh bersama dengan para pengikutnya, setelah mereka menempati rumah tersebut, lalu umpu belunguh dan dibantu oleh umpu sahujan melaksanakan tujuan utama mereka yaitu mengembangkan agama Islam, mula pertama umpu belunguh men-indoktrinasi rakyat dari raji pasai dan hasilnya baik dengan melebihi separo rakyat yang memeluk agama Islam.
Oleh karena umpu belunguh telah berhasil meng-islam-kan sebagian besar rakyat dari ranji pasai, dan pada suatu hari umpu belunguh menemui raja Ranji pasai dengan maksud dan tujuan yang sama setelah dialog dibuka tanya jawab dimuali, argumentasi masing-masing berseleweran dengan hasil akhir bahwa ranji pasai keberatan dan tidak mau memeluk agama Islam, dan tiada berkehendak untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka yang telah dipeluk sangat lama. Umpu Belunguh menurut sebagian besar orang yang ada disekelilingnya adalah seorang ulama besar dan sangat taat menjalan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya (Islam), dan belaiu ini pada zamannya di kramatkan oleh penduduk setempat, ia adalah seorang yang pantang menyerah, dan tiada mudah berputus asa, serta keras akan kemauannya. Belaiu pamit pada raja untuk pulang ke rumahnya di sanggawikh, dan berulang-ulang umpu belunguh menjumpai sang raja dengan maksud untuk meng-islam-kan nya, akan tetapi sang raja tetap pada pendiriannya dan tetap tidak mau memeluk agama islam, dan sang raja mengancam umpu belunguh untuk diusir dari sangawikh bila mana tidak menghentikan propokasinya dan bila juga tidak menghentikan maka akan digunakan cara kekerasan.
Umpu Belunguh dan umpu sahujan beserta rakyat dan pengikut masing-masing tidak pernah berciut nyali dengan segala macam bentuk ancaman dari ransi pasai (sang raja), dan mereka tetap sabar serta senantiasa melakukan dakwah-dakwah terutama terhadap masyarakat yang masih belum memeluk islam, ancaman-ancaman dari raja Ranji pasai semuanya diceritakan pada umpu sahujan dan kepada semua masyarakat pengikutnya, mendengar cerita tentang ancaman dari raja Ranji pasai - maka segenap rakyat umpu belunguh menjadi murka dan segala macam patung-patung dan berhala yang menjadi sesembahan dari ranji pasai dirusak dan diluluh lantak-kan. Hal itu lantas diketahui oleh ranji pasai berdasarkan laporan dari pengikutnya, dengan murkanya pula ranji pasai dan dengan seketika itu pula dikumpulkannya para hulu balang dan rakyatnya untuk mengusir umpu belunguh beserta pengikutnya dari sanggawikh, tetapi tiada dinyana oleh sang raja bahwa rakyatnya sudah banyak yang memihak umpu belunguh, dengan demikian ciut pula hati sang raja dan beliau mengalah dan pindah dari istana kerajaannya menuju istana yang lain yaitu di jerambai bedudu.
Setelah diketahui oleh umpu belunguh bahwa sang raja sudah pindah ke jerambai bedudu maka kembali dikunjungi oleh umpu belunguh kediaman sang raja yang baru dengan maksud semula untuk meng-islam-kannya, akan tetapi sang raja ini ternyata masih tetap pada pendirian semula, bahwa beliau tetap tidak mau masuk agama islam dan dengan murkanya beliau lalu diusir nya umpu belunguh dari istananya, dan umpu belunguh bercerita pada para pengikutnya atas pengusiran sang raja terhadap dirinya, dengan tiada dapat dibendung lagi maka bertolak pula para rakyat umpu belunguh dan umpu sahujan menuju istana jerambai dengan membawa senjata yang cukup, dan dari pihak raja Ranji pasai di jerambai beserta rakyat yang masih setia padanya bersiap diri juga lengkap dengan persenjataannya untuk menghadang kedatangan dari pasukan umpu belunguh dan umpu sahujan, pertempuran dimulai dan ternyata pasukan dari raja ranji pasai kalah dan tidak mampu untuk melanjutkan pertempuran dan mereka lari tunggang langgang dan terakhir sang raja lari ke gunung pesagi, sehingga akhirnya riwayat ranji pasai hileng jejak dan tidak dapat dilacak lagi.
Oleh karena umpu belunguh telah menang dalam pertempuran ini dan barnasi tiada mempunyai penguasa lagi, maka umpu belunguh bersama rakyatnya menduduki barnasi, atas kehendak dan pilihan dari rakyatnya maka umpu belunguh diangkat menjadi raja di barnasi. Dengan kedudukan beliau sebagai penguasa baru di barnasi beliau tetap terus menjalankan aktivitasnya mengembangkan agama islam, namun setelah menjadi raja di barnasi aktivitasnya lebih lancar dan tidak ada lagi gangguan yang berarti.
Umpu belunguh selama tinggal dan menjadi raja di barnasi tidak mempunyai istri dan dengan demikian tidak pula mempunyai anak keturunan, oleh karena beliau tidak mempunyai anak keturunan maka belaiu mengangkat 7 (tujuh) orang kesayangannya untuk menjadi anaknya, mereka adalah :
1.Beringin muda asal keturunan perwatin tanjung sekarang.
2.Tata asal keturunan Ya'cub ginting.
3.Tatau asal keturunan raja pemuka dusun gunung kemala.
4.Djaga asal keturunan Batin Terja negeri canda.
5.Kuning asal keturunan Batin paksi (yang menulis tambo ini).
6.Manda asal keturunan Raja mulia kota karang.
7.Sindi (perempuan) asal keturunan pesirah kenali.
Masing-masing mereka yang ke tujuh orang ini mempunyai surat-surat dan keterangan dari keturnan mereka. Dari ketujuh anak angkat umpu belunguh ini, maka anak yang nomor lima atau KUNING diangkat beliau menjadi raja dimasa itu dan menggantikan kedudukannya.
Setelah Kuning menjadi raja dan sekaligus sebagai penguasa pada saat itu, maka pada suatu hari umpu belunguh berjalan-jalan menikmati tamasya alam dan karena tamasya nya itulah dia hilang tidak tentu rimbanya hingga kini dan tiada seorangpun yang mengetahui kemana perginya (wallahu'alam bissawab).
Sedangkan umpu kuning mempunyai 4 (empat) orang anak, masing-masing :
1.Pemuka raja anum.
2.Pangeran mangkubumi.
3.Kimas menjaga batin.
4.Raden mengunang.
CATATAN :
Data ini tidak dilengkapi oleh tanggal dan tahun penulisan, namun kalau akan di-ikuti dari jejak bahasa penulisannya terbit sekitar tahun 50-an.
Ditulis ulang dan Suling bahasa oleh Basis Syarif.
Bermula diriwayatkan, adapun yang menjadi Raja dan memerintah negeri kenali pada saat itu adalah Ranji Pasai berkedudukan di Barnasi, raja ini beserta rakyatnya ber-agama Budha dengan menyembah patung-patung dan kayu-kayu yang dibuat oleh nenek moyang mereka.
Pada waktu itu datang seorang laki-laki yang bernama Umpu Belunguh, Umpu Belunguh (berdasarkan surat-surat keterangan yang tertulis pada kulit kayu) datang dari Madinah atau tanah arab dan beliau ini pernah juga ke Istambul dan Bagdad.
Perjalanan Umpu Belunguh, berawal dari Madinah lalu ke Hadratul-maut, tidak diketahui dengan cara dan jalan apa sampailah Umpu Belunguh ke Pagarruyung Sumatera Barat, maksud dari perjalanan Umpu Belunguh adalah untuk mengembangkan agama Allah (Islam). Setelah beliau sampai di Pagarruyung berjumpalah dia dengan orang-orang Pagarruyung yang sudah ber-agama Islam, setelah beberapa lama beliau tinggal dan menetap di Pagarruyung lalu beliau meneruskan perjalanan untuk mengembangkan agama Islam bersama dengan 7 (tujuh) orang hulu balang pemberian raja Pagarruyung untuk menjadi teman beliau dalam perjalanan. Lalu mereka ini memulai perjalanan dengan menyisir arah ke Batanghari, musi atau resident Palembang, sesampai mereka ke satu dusun yang bernama Libahaji (Resident Palembang) Libahaji ini adalah sebuah negeri tua tempat kedudukan nenek moyang RAKIAN menjadi raja dan duduk memerintah pada waktu itu.
Umpu Belunguh dengan para hulubalangnya menjumpai raja Rakian dan menceritakan maksud dan tujuan dari perjalanan mereka yaitu untuk mengembangkan agama Islam, Raja Rakian bersama rakyat-rakyatnya pada waktu itu 'dapat dikatakan' sudah memeluk agama Islam. Setelah beberapa waktu lamanya umpu belunguh serta para hulu balangnya menetap di Liba Haji ini, dan pada suatu saat beliau pamit dan mohon izin pada raja Rakian untuk meneruskan perjalanan, oleh raja Rakain di-izin-kan. Umpu Belunguh dengan para hulu balang-nya meneruskan perjalanan dan sampai pada suatu dusun subik di wilayah marga ranau mereka tinggal dan menumpang pada raja yang berkuasa disini yaitu UMPU SAHUJAN, dan umpu belunguh tinggal untuk beberapa lama disini dengan maksud untuk mengembangkan agama Islam, akan tetapi umpu sahujan dan rakyatnya ternyata juga sudah memeluk agama Islam. Dari umpu sahujan ini umpu belunguh mendapat banyak informasi dan keterangan yang lengkap bahwa di Barnasi penduduk beserta raja-nya belum ber-agama Islam, dan pada saat itu masih menyembah batang-batang kayu serta patung-patung.
Umpu Belunguh bercerita panjang lebar tentang maksud dan tujuannya kepada umpu sahujan dan oleh karena diwilayah kekuasaan umpu sahujan masyarakat telah ber-agama Islam, maka umpu belunguh pamit kepada umpu sahujan untuk meneruskan perjalanan mereka, oleh karena rasa sayang-nya umpu sahujan kepada umpu belunguh dan rombongan maka umpu sahujan menyertai umpu belunguh untu berjalan bersama-sama, lalu dacari hari dan waktu yang baik (sesuai dengan kepercayaan raja-raja pada waktu itu), dan dikumpulkan-lah para hulu balang dari umpu sahujan, kemudian mereka berangkat bersama-sama menuju ke-arah barnasi, mereka ini semua sampai di Sukau, Kembahang, terus ke Hanibung atau Batu Beghak dan terus ke barnasi, sepanjang perjalanan yang dilalui ternyata masyarakat sudah mengenal dan bahkan sudah memeluk agama Islam.
Sesampainya rombongan ini di Barnasi, maka umpu belunguh bersama umpu sahujan dan para pengawalnya ber-inisiatif untuk menghadap raja yang berkuasa pada waktu itu yaitu Ranji Pasai atau Sekerumong, sebagaimana yang telah dirilis sejak awal tulisan ini, lalu umpu belunguh dan umpu sahujan serta para pengawalnya memperkenalkan diri dengan ranji pasai serta mereka tinggal dan menumpang di rumah raja ini, namun dalam waktu yang singkat mereka belum menceritakan maksud dan tujuan dari kedatangan mereka kepada Ranji Pasai, tetapi setelah beberapa lama mereka tinggal dan menetap disini dan setelah situasi dapat dibaca lalu umpu belunguh dengan siasatnya meminta tanda kenang-kenangan untuk persahabatan kepada raji pasai berupa sebidang tanah untuk tempat umpu belunguh mendirikan rumah, dan oleh ranji pasai permintaan tersebut dengan segala ke-ikhlasan dan senang hati dikabulkan dan tanah tersebut bernama Sangawikh, oleh umpu belunguh dan para pengawalnya serta bantuan dari rakyat ranji pasai mendirikan sebuah rumah. Setelah rumah tersebut selesai dibangun lalu di-tempati oleh umpu belunguh bersama dengan para pengikutnya, setelah mereka menempati rumah tersebut, lalu umpu belunguh dan dibantu oleh umpu sahujan melaksanakan tujuan utama mereka yaitu mengembangkan agama Islam, mula pertama umpu belunguh men-indoktrinasi rakyat dari raji pasai dan hasilnya baik dengan melebihi separo rakyat yang memeluk agama Islam.
Oleh karena umpu belunguh telah berhasil meng-islam-kan sebagian besar rakyat dari ranji pasai, dan pada suatu hari umpu belunguh menemui raja Ranji pasai dengan maksud dan tujuan yang sama setelah dialog dibuka tanya jawab dimuali, argumentasi masing-masing berseleweran dengan hasil akhir bahwa ranji pasai keberatan dan tidak mau memeluk agama Islam, dan tiada berkehendak untuk meninggalkan agama nenek moyang mereka yang telah dipeluk sangat lama. Umpu Belunguh menurut sebagian besar orang yang ada disekelilingnya adalah seorang ulama besar dan sangat taat menjalan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya (Islam), dan belaiu ini pada zamannya di kramatkan oleh penduduk setempat, ia adalah seorang yang pantang menyerah, dan tiada mudah berputus asa, serta keras akan kemauannya. Belaiu pamit pada raja untuk pulang ke rumahnya di sanggawikh, dan berulang-ulang umpu belunguh menjumpai sang raja dengan maksud untuk meng-islam-kan nya, akan tetapi sang raja tetap pada pendiriannya dan tetap tidak mau memeluk agama islam, dan sang raja mengancam umpu belunguh untuk diusir dari sangawikh bila mana tidak menghentikan propokasinya dan bila juga tidak menghentikan maka akan digunakan cara kekerasan.
Umpu Belunguh dan umpu sahujan beserta rakyat dan pengikut masing-masing tidak pernah berciut nyali dengan segala macam bentuk ancaman dari ransi pasai (sang raja), dan mereka tetap sabar serta senantiasa melakukan dakwah-dakwah terutama terhadap masyarakat yang masih belum memeluk islam, ancaman-ancaman dari raja Ranji pasai semuanya diceritakan pada umpu sahujan dan kepada semua masyarakat pengikutnya, mendengar cerita tentang ancaman dari raja Ranji pasai - maka segenap rakyat umpu belunguh menjadi murka dan segala macam patung-patung dan berhala yang menjadi sesembahan dari ranji pasai dirusak dan diluluh lantak-kan. Hal itu lantas diketahui oleh ranji pasai berdasarkan laporan dari pengikutnya, dengan murkanya pula ranji pasai dan dengan seketika itu pula dikumpulkannya para hulu balang dan rakyatnya untuk mengusir umpu belunguh beserta pengikutnya dari sanggawikh, tetapi tiada dinyana oleh sang raja bahwa rakyatnya sudah banyak yang memihak umpu belunguh, dengan demikian ciut pula hati sang raja dan beliau mengalah dan pindah dari istana kerajaannya menuju istana yang lain yaitu di jerambai bedudu.
Setelah diketahui oleh umpu belunguh bahwa sang raja sudah pindah ke jerambai bedudu maka kembali dikunjungi oleh umpu belunguh kediaman sang raja yang baru dengan maksud semula untuk meng-islam-kannya, akan tetapi sang raja ini ternyata masih tetap pada pendirian semula, bahwa beliau tetap tidak mau masuk agama islam dan dengan murkanya beliau lalu diusir nya umpu belunguh dari istananya, dan umpu belunguh bercerita pada para pengikutnya atas pengusiran sang raja terhadap dirinya, dengan tiada dapat dibendung lagi maka bertolak pula para rakyat umpu belunguh dan umpu sahujan menuju istana jerambai dengan membawa senjata yang cukup, dan dari pihak raja Ranji pasai di jerambai beserta rakyat yang masih setia padanya bersiap diri juga lengkap dengan persenjataannya untuk menghadang kedatangan dari pasukan umpu belunguh dan umpu sahujan, pertempuran dimulai dan ternyata pasukan dari raja ranji pasai kalah dan tidak mampu untuk melanjutkan pertempuran dan mereka lari tunggang langgang dan terakhir sang raja lari ke gunung pesagi, sehingga akhirnya riwayat ranji pasai hileng jejak dan tidak dapat dilacak lagi.
Oleh karena umpu belunguh telah menang dalam pertempuran ini dan barnasi tiada mempunyai penguasa lagi, maka umpu belunguh bersama rakyatnya menduduki barnasi, atas kehendak dan pilihan dari rakyatnya maka umpu belunguh diangkat menjadi raja di barnasi. Dengan kedudukan beliau sebagai penguasa baru di barnasi beliau tetap terus menjalankan aktivitasnya mengembangkan agama islam, namun setelah menjadi raja di barnasi aktivitasnya lebih lancar dan tidak ada lagi gangguan yang berarti.
Umpu belunguh selama tinggal dan menjadi raja di barnasi tidak mempunyai istri dan dengan demikian tidak pula mempunyai anak keturunan, oleh karena beliau tidak mempunyai anak keturunan maka belaiu mengangkat 7 (tujuh) orang kesayangannya untuk menjadi anaknya, mereka adalah :
1.Beringin muda asal keturunan perwatin tanjung sekarang.
2.Tata asal keturunan Ya'cub ginting.
3.Tatau asal keturunan raja pemuka dusun gunung kemala.
4.Djaga asal keturunan Batin Terja negeri canda.
5.Kuning asal keturunan Batin paksi (yang menulis tambo ini).
6.Manda asal keturunan Raja mulia kota karang.
7.Sindi (perempuan) asal keturunan pesirah kenali.
Masing-masing mereka yang ke tujuh orang ini mempunyai surat-surat dan keterangan dari keturnan mereka. Dari ketujuh anak angkat umpu belunguh ini, maka anak yang nomor lima atau KUNING diangkat beliau menjadi raja dimasa itu dan menggantikan kedudukannya.
Setelah Kuning menjadi raja dan sekaligus sebagai penguasa pada saat itu, maka pada suatu hari umpu belunguh berjalan-jalan menikmati tamasya alam dan karena tamasya nya itulah dia hilang tidak tentu rimbanya hingga kini dan tiada seorangpun yang mengetahui kemana perginya (wallahu'alam bissawab).
Sedangkan umpu kuning mempunyai 4 (empat) orang anak, masing-masing :
1.Pemuka raja anum.
2.Pangeran mangkubumi.
3.Kimas menjaga batin.
4.Raden mengunang.
CATATAN :
Data ini tidak dilengkapi oleh tanggal dan tahun penulisan, namun kalau akan di-ikuti dari jejak bahasa penulisannya terbit sekitar tahun 50-an.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar