Senin, 02 April 2012

sejarah dan arti kepaksian


'SANG BUMI RUWA JURAI'  Itulah kalimat indah yang tertulis pada lambang resmi pemerintah daerah propinsi lampung, tapi kalimat tersebut tidak hanya sekedar indah namun mempunyai makna tersendiri bagi adat istiadat daerah tersebut.
'Sang Bumi Ruwa Jurai' berarti satu tanah terdiri dua turunan atau terbagi dalam dua lingkungan masyarakat adat yaitu :

1.       Masyarakat adat Sai Batin
2.       Masyarakat adat Pepadun.

Masyarakat adat Sai Batin pada umumnya berdomisili didaerah pesisir lampung, dimulai dari daerah Sekala Beghak, Ranau, Krui, Kota Agung (Semaka) dan Kalianda. Sedangkan masyarakat adat Pepadun berdomisili didaerah bagian tengah dari lampung seperti Abung, Manggala dan daerah Pubian.

Perbedaan yang mendasar dari dua adat istiadat tersebut adalah mengenai status dan gelar seorang Raja adat.

Bagi adat Sai Batin dalam setiap generasi (masa/periode) kepemimpinan hanya mengenal satu orang raja adat yang bergelar Sultan, hal tersebut sesuai dengan istilahnya yaitu Sai Batin artinya Satu Batin (satu orang junjungan).

Seorang Sai Batin adalah seorang Sultan berdasarkan garis lurus sejak jaman kerajaan (keratuan) yang pernah ada di lampung sejak dahulu kala dan inilah yang disebut Sai Batin Paksi,  sebagai keturunan langsung dari Keratuan Paksi Pak Sekala Beghak sejak jaman dahulu sebagai satu-satunya pemilik dan penguasa adat tertinggi dilingkungan paksi-nya.

Selain Sai Batin Paksi ada juga yang disebut Sai Batin Marga, namun Sai Batin Marga ini lahir pada saat pemerintahan Belanda tetapi telah diakui dan disah-kan oleh Sai Batin Paksi sebagai Sultan,  pengakuan dan pengesahan status Sai Batin Marga oleh Sai Batin Paksi mutlak diperlukan karena apabila berbicara tentang masalah adat, mau tidak mau suka atau tidak suka sumber utamanya adalah dari Paksi Pak sebagai kerajaan yang ada dan berdiri di Sekala Beghak. Karenanya walaupun dalam pakaian, peralatan dan sebutan Sai Batin Marga meniru apa yang dipakai oleh Sai Batin Paksi, namun dalam status kedudukan lebih tinggi Sai Batin Paksi, sebaliknya walaupun status kepala adatnya bukan berasal dari kerajaan yang pernah ada tetapi Sai Batin Marga juga mempunyai wilayah, mempunyai masyarakat adat yang mengakuinya sebagai pemimpin tertinggi didalam marga dan berlangsung turun temurun dengan sebutan yang disamakan dengan Sai Batin Paksi.

Seorang Sai Batin adalah satu-satunya sosok yang dimulyakan didalam masyarakat adatnya, hal ini tercermin dalam setiap upacara-upacara adat, perkawinan, sukuran, pemberian gelar adat dan lain-lain upacara. Seorang Sai Batin berwenang dan berkuasa penuh dikalangan masyarakat adatnya, dan gelar Sultan (Suttan) adalah hanya satu-satunya untuk seorang raja adat (Sai Batin).

Didalam budaya masyarakat adat Pepadun juga dikenal kepala-kepala adat yang disebut Penyimbang dengan gelar Sultan (Suttan), tetapi Sultan ini dapat juga memberikan gelar Suttan kepada siapa saja dalam masyarakat adat asalkan dapat memenuhi syarat-syarat, terutama pada saat penyelenggaraan pesta adat CAKAK PEPADUN (naik pepadun) yang dilakukan dengan biaya yang besar dan mahal, karenanya didalam satu masyarakat pepadun, sering kita mendengar bahkan saksikan berpuluh-puluh bahkan mungkin beratus orang yang bergelar Sultan (Suttan), akan tetapi hal tersebut tidak identik dengan Penyimbang, karena gelar Sultan (Suttan) bukanlah status sebagai  kepala adat, sehingga sekilas agak susah membedakannya dengan SIPENYIMBANG  tetapi hal tersebut dapat dimaklumi adalah dalam rangka membesarkan lingkungan masyarakat adatnya yang secara demokratis memberi kesempatan kepada setiap orang dalam masyarakat untuk bisa mendapatkan derajat dalam adat dan gelar tertinggi itu. Sehingga secara positip memacu orang untuk maju, sehingga pada saatnya kelak akan menempatkan dirinya setarap  dan sejajar dengan para penyimbangnya.

Menurut sejarah adat dan budaya masyarakat lampung berasal dari daerah Sekala Beghak yang berlokasi di daerah lampung barat atau persisnya di daerah Kecamatan Belalau, Kecamatan Balik Bukit dan Kecamatan Banding Agung.

Di Sekala Beghak inilah dahulu terdapat empat keratuan, yang terdiri dari :

1.       Keratuan Paksi Buay Pernong berkedudukan di Hanibung, daerah Batu Beghak sekarang ini.
2.       Keratuan Paksi Buay Belunguh berkedudukan di Tanjung Menang, daerah Kenali sekarang ini.
3.       Keratuan Paksi Buay Nyekhupa berkedudukan di Nampak Sikhing, daerah sukau sekarang ini.
4.       Keratuan Paksi Buay Bejalan di Way berkedudukan di Puncak Dalom daerah kembahang sekarang ini.

Raja yang pertama bergelar Ratu, bentuk dari kerajaannya adalah Keratuan yang disebut Paksi.

Awal mula berdirinya Keratuan Paksi Pak adalah datangnya 4 (empat) orang bangsawan keturunan Sultan Iskandar Zulkarnaen, ada yang ke pagaruyung ada juga yang ke Muko-muko, dan ke empat orang bangsawan ini ke Sekala Beghak.

Sesampainya di Sekala Beghak mereka ke-empat bangsawan ini menemukan SUKU TUMI  yang berfaham pada animisme dengan menyembah sebuah pohon yang bernama BELASA  KEPAPPANG.

Oleh karena Suku Tumi tersebut tidak mau dirubah kepercayaannya maka terjadilah peperangan/pertempuran yang besar dan berakhir dengan dikalahkannya Suku Tumi, dan sebagai tanda dan bukti telah ditaklukkannya Sekala Beghak maka ditebanglah sesembahan dari Suku Tumi tadi (Belasa Kepappang) dan dijadikan sebagai tempat duduk Raja  dan menjadi hak milik bersama ke - empat bangsawan tersebut.

Setelah Suku Tumi berhasil ditaklukkan oleh ke-empat bansawan tersebut maka mereka sepakat untuk membagi masing-masing daerahnya  di Sekala Beghak dan berkuasa mutlak dalam wilayah kekuasaannya tersebut, tetapi untuk menjalin kebersamaan dalam kesatuan maka mereka juga membentuk persekutuan yang disebut PAKSI PAK, dan ini adalah merupakan kerajaan yang pertama di Sekala Beghak.

Dan dua dari kerajaan Paksi Pak ini yaitu Buay Nyekhupa dan Buay Bejalan di Way  ditaklukkan oleh kompeni Inggris pada tahun 1799 sementara Buay Pernong dan Buay Belunguh tetap melakukan perlawanan dengan gigih dan tidak terkalahkan, dan pada tahun 1808 Paksi Pak ini juga dipengaruhi oleh Belanda kemudian dengan GOUVERNEMENT BESLIIT DDO MAART 1844  No. 18 pemerintahan atas kerajaannya dikuasai Belanda dan sebutan untuk rajanya adalah Pasirah  sejak saat itulah Belanda mulai membentuk pemerintahan administratif  marga-marga dan memecah belah kerajaan Paksi Pak menjadi beberapa marga.

Pada saat ini keratuan adat Paksi Buay Pernong Paksi Pak Sekala Beghak keturunan yang ke XX Sai Batin Raja adatnya bergelar Sultan Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi. Sedangkan Istri Ratunya bergelar Ratu Mas Intan Dalom Ratu Marga Buay Kenyangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Anda Menyukai Artikel ini Mohon Klik Like di Bawah ini:

Komentar: