Senin, 02 April 2012

Tabuh Gamolan 25 Jam Nonstop Pecahkan Rekor Muri




REKOR MURI: Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. menerima piagam penghargaan penabuhan gamolan selama 25 jam, 25 penabuh, dan 25 grup dari Deputi Manajer Museum Rekor Indonesia (Muri) Damian Awan Rahargo kemarin. FOTO ALAM ISLAM
PERTUNJUKAN alat musik tabuh asli Lampung dari bambu, gamolan, selama 25 jam nonstop oleh para pemuda, pelajar, dan masyarakat umum se-Lampung kemarin berhasil meraih penghargaan dan tercatat di Museum Rekor Indonesia (Muri).
    Pemecahan rekor Muri untuk tabuh gamolan terlama oleh peserta terbanyak ini dimainkan secara terus-menerus sejak Rabu (7/12) di Lapangan Korpri, Pemprov Lampung.
    Bukan hanya itu. Prof. Dr. Margaret J. Kartomi juga mendapatkan gelar adat dari Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. dan masyarakat adat Lampung.
    Menariknya, untuk pemecahan rekor 25 jam ini, para pemain alat tabuh tradisional Lampung ini berasal dari 25 grup dengan masing-masing 25 orang penabuh. Pada setiap grup penabuh, mereka dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing untuk melodi 15 orang serta untuk ritme tinggi dan ritme rendah sebanyak 5 orang.
    Eko Bambang Saputro sebagai salah satu peserta penabuh gamolan perwakilan Sekolah Tinggi Agama Hindu (STAH) Lampung mengaku gembira bisa memainkan alat musik yang hanya dimiliki Lampung, namun terdapat gambarnya pada relief Candi Borobudur itu. ’’Saya bangga bisa memainkannya,” ujarnya.
    Alat musik tradisional Lampung ini sudah diteliti oleh ilmuwan budaya asal Australia, Prof. Dr. Margaret J. Kartomi. Karena itu, Pemprov Lampung dan Majelis Penyimbang Adat Lampung (MPAL) memberikan gelar adat Lampung kepadanya.
    Penghargaan itu diberikan MPAL tidak dalam sebuah kedudukan (muari atau pengangkonan), tetapi lebih kepada prestasi dan kepeduliannya terhadap budaya Lampung. Yakni berupa penemuan alat musik gamolan.
    Selain itu, dalam acara ini akan dilaksanakan pemberian  penghargaan kepada tokoh budaya Lampung. Digelar pula pawai budaya berupa arak-arakan kendaraan hias dan nikah massal bagi 50 pasangan.
    Pawai budaya diikuti berbagai perwakilan, seperti Dinas Perhubungan; Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; Pemkot Metro; Pemkab Pringsewu; Pemkab Waykanan; dan lainnya.
    Dari hipotesis Prof. Dr. Margaret J. Kartomi, gamolan Lampung merupakan cikal-bakal dari gamelan di seluruh dunia. ’’Dari hasil penelitian saya, di Jawa tidak ditemukan alat musik tunggal yang bernama gamelan. Karena ternyata gamelan atau gamolon yang tunggal itu ditemukan di Lampung Barat dan alat musik tersebut sama dengan alat musik yang ada pada relief Candi Borobudur,” sebut Prof. Dr. Margaret J. Kartomi.
Selain ditemukan di Lambar, menurutnya, gamolan juga terdapat di Waykanan. Jenisnya sama dengan yang ada di Lambar, yakni pertemuan antara kebudayaan besar India dan Tiongkok pada masa lampau. ’’Gamolan Lambar dan pegamolan Waykanan sama-sama berasal dari kata begamol yang artinya berkumpul,” ujarnya.
Dengan bukti inilah, masyarakat Lampung diketahui turut membangun Candi Borobudur yang berupakan salah satu keajaiban dunia.
    Dalam sambutannya, Sjachroedin Z.P. menyampaikan bahwa dengan pemberian gelar adat kepada Prof. Dr. Margaret J. Kartomi ini diharapkan dapat bermakna serta bermanfaat bagi kemajuan budaya dan kemajuan masyarakat Lampung. ’’Saya juga minta penemuan alat musik gamolan ini ditindaklanjuti dengan melestarikannya dan dipertunjukkan kepada masyarakat, baik dalam bentuk lomba, festival,   maupun   pertunjukan   di setiap   ada even-even pemerintah maupun swasta, agar masyarakat luas mengetahuinya,” papar gubernur. (adv)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Anda Menyukai Artikel ini Mohon Klik Like di Bawah ini:

Komentar: