Kamis, 18 April 2013

Tari Sigeh Penguten Simbol Keramahan Budaya Lampung

tari-siger-penguteh-lampung-300x159Bandar Lampung : Ada berbagai jenis tarian yang merupakan aset budaya Provinsi Lampung. Salah satu jenis tarian yang terkenal adalah Tari Sembah.
Ritual tari sembah biasanya diadakan oleh masyarakat lampung untuk menyambut dan memberikan penghormatan kepada para tamu atau undangan yang datang, mungkin bolehlah dikatakan sebagai sebuah tarian penyambutan.
Selain sebagai ritual penyambutan, tari sembah pun kerap kali dilaksanakan dalam upacara adat pernikahan masyarakan Lampung, yang kemudian dibakukan menjadi Tari Sigeh Penguten.
Pada muasalnya,Tari Sigeh Penguten merupakan Tari adat budaya lampung yang berasal dari suku pepadun. Biasanya diiringi dengan tabuhan melinting.Di persembahkan  untuk menyambut kedatangan raja-raja. Para penari berpakaian adat gadis lampung lengkap.
Karena ini adalah kebudayaan asli Lampung, maka semua adat istiadat Lampung harus di tonjolkan, termasuk busana yang dikenakan penari ketika menari.
Busana yang dikenakan adalah busana asli seperti yang dikenakan pengantin wanita suku Lampung, atau kebanyakan gadis asli suku Lampung.
Di kepala penari bertengger siger, yaitu mahkota berbentuk seperti tanduk dari lempengan kuningan yang ditatah hias bertitik-titik rangkaian bunga. Siger ini berlekuk ruji tajam berjumlah sembilan lekukan di depan dan di belakang (siger tarub), yang setiap lekukannya diberi hiasan bunga cemara dari kuningan (beringin tumbuh).
Puncak siger diberi hiasan serenja bulan, yaitu kembang hias berupa mahkota berjumlah satu sampai tiga buah. Mahkota kecil ini mempunyai lengkungan di bagian bawah dan beruji tajam-tajam pada bagian atas serta berhiaskan bunga. Pada umumnya terbuat dari bahan kuningan yang ditatah.
Badan penari dibungkus dengan sesapur, yaitu baju kurung bewarna putih atau baju yang tidak berangkai pada sisinya dan di tepi bagian bawah berhias uang perak yang digantungkan berangkai (rambai ringgit).
Sebagai kainnya dikenakan kain tapis dewo sanow (kain tapis dewasana) dipakai oleh wanita pada waktu upacara besar (begawi) dari bahan katun bersulam emas dengan motif tumpal atau pucuk rebung.
Kain ini dibuat beralaskan benang emas, hingga tidak nampak kain dasarnya. Bila kain dasarnya masih nampak disebut jung sarat. Jenis tapis dewasana merupakan hasil tenunan sendiri, yang sekarang sangat jarang dibuat lagi.
Kemudian pada pinggang penari dilingkari bulu serti, yaitu ikat pinggang yang terbuat dari kain beludru berlapis kain merah. Bagian atas ikat pinggang ini dijaitkan kuningan yang digunting berbentuk bulat dan bertahtakan hiasan berupa bulatan kecil-kecil.
Di bawah bulu serti dikenakan pending, yaitu ikat pinggang dari uang ringgitan Belanda dengan gambar ratu Wihelmina di bagian atas.
Pada bagian dada tergantung mulan temanggal, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk seperti tanduk tanpa motif, hanya bertatah dasar. Kemudian dinar, yaitu uang Arab dari emas diberi peniti digantungkan pada sesapur, tepatnya di bagian atas perut.
Dikenakan pula buah jukum, yaitu hiasan berbentuk buah-buah kecil di atas kain yang dirangkai menjadi untaian bunga dengan benang dijadikan kalung panjang. Biasanya kalung ini dipakai melingkar mulai dari bahu ke bagian perut sampai ke belakang.
Gelang burung, yaitu hiasan dari kuningan berbentuk burung bersayap yang diikatkan pada lengan kiri dan kanan, tepatnya di bawah bahu. Di atasnya direkatkan bebe, yaitu sulaman kain halus yang berlubang-lubang.
Sementara gelang kana, terbuat dari kuningan berukir dan gelang Arab, yang memiliki bentuk sedikit berbeda, dikenakan bersama-sama di lengan atas dan bawah.
Salah satu yang menjadi ciri paling khas adalah, penari mengenakan tanggai.Tanggai adalah hiasan yang dikenakan di jari penari. Hiasan ini berbentuk kuku berwarna keemasan dari bahan kuningan.
Begitulah budaya penyambutan tamu dengan Tari Sigeh Penguten di provinsi Lampung. Dan semoga ini terus menjadi tradisi dan budaya yang terus dilestarikan sehingga keragaman dan kekayaan bangsa sekaligus menjadi identitas Bhineka Tunggal Ika. (wilaf)
 wisatanews – 2012-04-18

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika Anda Menyukai Artikel ini Mohon Klik Like di Bawah ini:

Komentar: